Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan ada sembilan lokasi yang telah terindikasi mengandung mineral logam tanah jarang atau rare earth.
Adapun mineral yang mengandung logam tanah jarang di antaranya monasit, zirkon, dan xenotim. Ketiga mineral tersebut merupakan mineral ikutan dari timah, emas, bauksit, dan nikel laterit.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengatakan eksplorasi awal telah dilakukan sejak 1991 dan beberapa lokasi telah terindikasi mengandung logam tanah jarang. Teranyar, pada 2018 lalu, lokasi yang terindikasi mengandung logam tanah jarang adalah Sumatra Selatan dan Riau.
Namun, besaran pasti berapa cadangannya belum dapat dipastikan karena perlu dilakukan eksplorasi lanjutan yang harus dilakukan oleh pengusaha yang tertarik.
"Kami hanya menyampaikan di sini ada. Nah nanti akan ada eksplorasi untuk mining apakah ekonomis atau tidak, nanti para pengusaha [yang menilai]," katanya kepada Bisnis, Rabu (17/7/2019).
Secara total, sampai saat ini Badan Geologi telah menyelidiki 29 lokasi yang berpotensi mengandung logam tanah jarang. Lokasi yang telah diselidiki tersebut berada di wilayah Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Pulau Bintan Riau, Kepulauan Anambas Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.
Baca Juga
Dari 29 lokasi tersebut, baru sembilan lokasi yang terungkap memiliki mineralisasi logam tanah jarang. Sembilan lokasi itu berada di Riau (dua titik), Pulau Bangka (dua titik), Belitung, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat.
"Ini baru eksplorasi awal dan belum rinci. Selebihnya 20 lokasi mineralisasi logam tanah jarang baru sebatas data keterdapatan dan indikasi. Jadi, belum optimal eksplorasinya," katanya.