Bisnis.com, JAKARTA--Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2019 diprediksi akan mencatatkan surplus terbesarnya sepanjang tahun ini.
Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters kepada 11 ekonom, surplus neraca perdagangan RI pada Juni mencapai US$690 juta, naik dari capaian pada Mei yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai US$218,5 juta.
Kendati mencatatkan surplus neraca perdagangan, ekspor dan impor Indonesia pada Juni diperkirakan mengalami penurunan baik secara tahunan maupun secara bulanan.
Para ekonom memperkirakan total ekspor RI pada Juni 2019 turun 8,7 persen secara year on year (yoy). Sementara itu, total ekspor RI pada periode yang sama terkontraksi 8,5 persen dari Mei 2019.
Sementara itu, total impor Juni juga diprediksi turun 5,0 persen secara yoy. Adapun secara bulanan, total impor pada periode yang sama mengalami penurunan 17,3 persen.
Para ekonom yang disurvei Reuters sepakat, pelemahan kinerja perdagangan RI masih lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni melemahnya arus perdagangan global.
Adapun, sebelumnya, catatan surplus neraca perdagangan pada Mei dinilai para ekonomi sebagai sebuah kejutan. Pasalnya, para ekonom awalnya memperkirakan neraca perdagangan RI akan mencatatkan defisit US$1,4 miliar.
Hal itu didasarkan pada capaian pada April 2019, di mana Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan secara bulanan terbesar dalam sejarah dengan mencapai US$ 2,4 miliar.
Para ekonom pun memproyeksikan, fenomena itu akan mendorong Bank Indonesia melakukan penurunan suku bunga acuannya untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terlebih, setelah Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunga di Amerika Serikat dalam waktu dekat.