Bisnis.com, PONTIANAK – PT Pelabuhan Indonesia II mempercepat proses pembangunan Terminal Kijing di Kabupaten Menpawah menyusul terbatasnya Pelabuhan Dwikora Kalimantan Barat.
Direktur Teknik Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II/IPC Dani Rusli mengatakan bahwa saat ini pembangunan Terminal Kijing sudah pada tahap pemasangan tiang pancang dermaga dan trestle yang berada di sisi laut.
"Pelabuhan Dwikora sebagai pelabuhan eksisting di Pontianak sudah mulai terbatas kapasitasnya, sehingga kalau tidak segera kita selesaikan maka ada hambatan operasional di Kalimantan Barat, ekonomi akan stuck,” katanya, Kamis (11/7/2019).
Menurutnya, Pelabuhan Dwikora yang berada di sungai tersebut saat ini sudah menangani 280.000 TEUs. Saat ini, kapasitas Pelabuhan Dwikora sendiri hanya 10 hektare dan lima hektare sudah dipakai untuk peti kemas.
Selain itu, lanjut Dani, Pelabuhan Dwikora yang posisinya di sungai memiliki keterbatasan kedalaman yang hanya 4 meter-5 meter. Untuk menekan logistic cost kapal yang digunakan semakin besar, sehingga kedalamannya sudah tidak akan bisa menampung kapal besar.
“Oleh karena itu kita bangun Kijing dengan desain kedalaman minus 16 meter, dan dalam pelaksanaanya minus 15 meter, yang mampu melayani kapal hingga seberat 100.000 DWT,” ujarnya.
Pertimbangan lainnya, Dani menegaskan di Kalimantan Barat sejak 4 tahun-5 tahun silam mulai dilakukan penanaman kelapa sawit secara besar besaran dan panennya diperkirakan mulai tahun depan. Namun, belum ada pelabuhan yang bakal mampu menampung tersebut. Oleh karenanya Terminal Kijing diharapkan dapat melayani hal itu.
Selain itu, lanjut dia, dengan besarnya potensi bauksit, CPO, timber, karet dan produk ikan di Kalimantan Barat, Terminal Kijing dirancang untuk memberikan kemudahan berbisnis one stop services bagi para investor.
Direktur Operasional WIKA, Agung Budi Waskito menegaskan bahwa percepatan pengerjaan dilakukan karena sebelumnya sempat mengalami ketertundaan dalam pelaksanaanya karena terhambat persoalan penyelesaian pembebasan lahan warga dan nelayan.
"Kita sempat mengalami keterlambatan pelaksanaan lantaran proses ganti rugi warga dan nelayan, namun kini sudah tidak ada masalah sehingga saatnya untuk speed up. Dan kami janjikan bahwa pada Juli 2020, Terminal Kijing ini sudah bisa difungsikan," tegasnya.
Agung menambahkan bahwa dalam pelaksanaan pengerjaan proyek tersebut, pihaknya telah menggunakan komponen dalam negeri hampir mencapai 100 persen dan melibatkan pekerja lokal sekitar hingga 40 persen.
“Kecuali fiber saja kita masih pakai luar, selebihnya semua produk dalam negeri. Sementara untuk tenaga kerja kita sudah 40 persen lokal, sehingga bisa mendongkrak perekonomian lokal. Karyawan juga sudah 30 persen lokal,” tambahnya.