Bisnis.com, JAKARTA -- Timur Tengah dan Afrika dinilai bisa menjadi pasar baru bagi produk sawit Indonesia dan turunannya dengan potensi mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sarjono mengatakan kendati bisa menjadi pasar baru yang prospektif, kedua lokasi tersebut memiliki tantangannya masing-masing.
“Afrika itu agak berbeda dari negara lain karena mereka umumnya butuh sudah dalam bentuk kemasan. Makanya, kita ekspor minyak goreng,” ujar Mukti, Selasa (9/7/2019).
Dia menjelaskan Afrika tidak memiliki tangki timbun yang memadai untuk menyimpan produk jika diekspor dalam bentuk bahan baku atau CPO. Untuk itu, mereka membutuhkan produk yang memang sudah jadi dan siap pakai.
Namun, kata Mukti, bea ekspor yang dikenakan untuk produk minyak goreng tersebut masih tinggi, sehingga dibutuhkan kemudahan atau kelonggaran dari pemerintah.
Adapun untuk Turki, diplomasi atau atau penjajakan kerja sama bilateral menjadi hal yang diperlukan. Oleh karena itu, perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dengan negara-negara yang ada di wilayah tersebut dinilai bisa menjadi salah satu solusi.
Baca Juga
“Itu sebenarnya masalah bagaimana kita bisa lakukan kerja sama bilateral, kayak kemarin kan Turki itu banyak, tapi sekarang agak menurun,” ujarnya.