Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jangan Telat Impor Jagung Atau Peternak Ayam Jadi Korban

Produksi jagung nasional pada tahun ini diperkirakan mencapai 20 juta ton.
Petani mengupas biji jagung di Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Sabtu (5/1/2019)./ANTARA-Aswaddy Hamid
Petani mengupas biji jagung di Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Sabtu (5/1/2019)./ANTARA-Aswaddy Hamid

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta bersiap mengimpor jagung untuk mengantisipasi kekosongan stok akibat penurunan produksi petani dalam negeri dalam 6 bulan ke depan.

Ketua Dewan Jagung Nasional Tony J. Kristianto memprediksi, produksi jagung nasional pada tahun ini hanya mencapai 20 juta ton. Volume tersebut berada di bawah proyeksi Kementerian Pertanian yang menyebutkan produksi jagung dalam negeri pada 2019 menembus 33 juta ton.

Gejolak harga dan pasokan jagung tahun ini juga akan diperparah oleh belum siapnya alat pengering di gudang-gudang penyimpanan jagung nasional. Akibatnya, jagung yang dipanen oleh petani tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama.

“Saya perkirakan tahun ini kita masih butuh impor. Maka dari itu, pemerintah harus sudah mulai menetapkan impor pada Agustus—September. Jika lebih dari rentang waktu itu, siap-siap saja kosongnya pasokan jagung dalam negeri akan kembali terjadi,” jelasnya.

Tony juga meminta pemerintah mengantisipasi tingginya harga jagung di pasar internasional saat ini. Pasalnya, harga jagung impor saat ini yang mencapai Rp4.500/kg lebih tinggi dibandingkan dengan harga jagung impor pada tahun lalu sebesar Rp3.500/kg.

Wakil Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit  mengatakan, lonjakan harga jagung domestik  hampir pasti akan terjadi kembali pada tahun ini. Kondisi itu, lanjutnya, hanya dapat diselamatkan apabila pemerintah membuka keran impor jagung pada waktu yang tepat.

“Pemerintah jangan bersikeras produksi jagung kita surplus terus. Kenyataannya tidak seperti itu. Tahun lalu kita sudah belajar dari keterlambatan kesadaran pemerintah atas kondisi tersebut. Tahun ini seharusnya tidak lagi terjadi. Sebab peternak yang akan menjadi korbannya,” katanya.

Anton mengatakan, dengan kondisi harga jagung di petani yang sudah menembus Rp4.000kg atau di atas harga acuan pembelian di petani, pemerintah harus sudah menyiapkan strategi antisipatif. Terlebih pada tahun ini, salah satu konsumen terbesar produk olahan jagung nasional, yakni peternak ayam ras sedang tertekan oleh harga jual produknya yang anjlok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper