Bisnis.com, JAKARTA — Harga jagung berpotensi melonjak dalam 6 bulan ke depan akibat iklim kering yang mengancam produksi jagung dalam negeri.
Ketua Dewan Jagung Nasional Tony J. Kristianto mengatakan, saat ini harga jagung di tingkat petani telah menembus Rp4.000/kilogram (kg). Level harga tersebut terus naik sejak April 2019, setelah masa panen raya jagung yang berlangsung pada Februari—Maret 2019 berakhir.
Adapun, harga tersebut berada di atas harga acuan yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.96/2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. Dalam beleid tersebut harga acuan di tingkat petani sebesar Rp.3.150/kg.
“Saya prediksi harga jagung akan kembali naik pada semester II/2019 sebab petani yang menanam jagung pada musim tanam Mei terganggu oleh kekeringan yang terjadi sejak Juni. Sementara itu, pada Juli—September saya prediksi kekeringannya akan semakin parah, sehingga produksi jagung pasti di bawah ekspektasi,” katanya, Kamis (4/7/2019).
Dia menyebutkan, fenomena harga jagung yang tinggi mulai April hingga saat ini menandakan produksi jagung petani tidak maksimal. Di sisi lain, stok jagung di perusahaan pakan ternak juga berada pada level yang terbatas.
Kendati berada pada level harga yang tinggi, lanjutnya, jagung petani masih diserap oleh perusahaan pakan ternak. Pasalnya, harga jagung lokal masih lebih murah dibandingkan dengan harga jagung impor di pasar global yang mencapai Rp4.500/kg tahun ini.
Baca Juga
Berkaca dari kondisi tersebut, dia memprediksi, apabila tidak ada langkah nyata dari pemerintah, fenomena kekosongan stok jagung dalam negeri akan terjadi. Alhasil, lonjakan harga jagung yang pada tahun lalu sempat menembus Rp5.800/kg akan kembali terjadi.
Dia memprediksi, produksi jagung nasional pada tahun ini hanya akan mencapai 20 juta ton. Volume tersebut berada di bawah proyeksi Kementerian Pertanian yang menyebutkan produksi jagung dalam negeri pada 2019 menembus 33 juta ton.
Gejolak harga dan pasokan jagung tahun ini juga akan diperparah oleh belum siapnya alat pengering di gudang-gudang penyimpanan jagung nasional. Akibatnya, jagung yang dipanen oleh petani tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama.