Bisnis.com, JAKARTA - Guna menjaga likuiditas keuangan, Bank Indonesia diimbau menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin.
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira menyatakan Bank Indonesia (BI) masih bisa menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps). Dia menyebut dengan menurunkan suku bunga acuan, BI diharapkan bisa membantu memberi stimulus sektor riil.
"Lebih baik BI menurunkan bunga 25 Bps," papar Bhima kepada Bisnis.com, Kamis (4/7/2019).
Apalagi, menurut Bhima, kondisi inflasi masih terkenali. Selain itu BI perlu juga mempertimbangkan sinyal The Fed yang akan memangkas suku bunga pada semester II/2019 ini.
Menurutnya, alasan penurunan suku bunga acuan juga untuk mengakselerasi kinerja pasar keuangan. Bhima berpendapat implementasi pelonggaran rasio giro wajib minimum (GMW) 6,5 persen menjadi 6 persen pada 1 Juli 2019 lalu belum cukup kuat memulihkan kredit perbankan.
"Kelihatannya bank masih akan berhati-hati tahun ini. Terutama kredit konsumsi yang cenderung melambat," ujar Bhima.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Juni 2019 lalu, BI mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen, suku bunga deposit facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.
Untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam pembiayaan ekonomi, BI juga memutuskan menurunkan GMW untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 bps. Sehingga masing-masing menjadi 6 persen dan 4,5 persen, dengan GWM rata-rata masing-masing tetap sebesar 3 persen, berlaku efektif pada 1 Juli 2019.