Bisnis.com, JAKARTA - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menilai pemerintah harus berupaya mempertahankan target-target indikator asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sudah ditetapkan, sehingga tidak perlu adanya APBN Perubahan.
Sekjen FITRA, Misbahul Hasan, mengatakan bahwa meskipun ada prediksi ketidaktepatan pencapaian indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi, ICP, lifting minyak dan gas, asalkan koreksinya (downside risk) tidak terlalu signifikan, maka pemerintah tidak perlu mengubah APBN 2019.
"Pemerintah harus berupaya mempertahankan target-target indikator asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sudah ditetapkan, sehingga tidak perlu adanya APBN Perubahan," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (17/06/2019).
Menurutnya, berdasarkan pengalaman APBN 2018 yang tanpa perubahan, saat itu juga terjadi ketidaktepatan asumsi makro ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan ICP, akan tetapi tidak signifikan.
"Tapi waktu itu dari sisi belanja negara bisa sangat efektif karena kementerian/lembaga tidak terganggu dengan perubahan APBN," ujarnya.
Selain itu, lanjut Misbah, bila APBN 2019 diubah, maka akan memunculkan kekhawatiran intervensi politik yang kuat pascapemilu dan bukan lagi fokus pada pencapaian pembangunan.
Dia menilai, bahwa tekanan terhadap pendapatan negara hampir pasti terjadi, oleh sebab itu pemerintah tidak cukup hanya pasrah dengan kondisi tersebut.
"Perlu terobosan untuk menggenjot pajak dan PNBP. Pemerintah harus lebih ketat melakukan pengawasan terhadap potential loss pajak dan PNBP, terutama dari sektor sumber daya alam dan non SDA," ujarnya.