Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor China jika Presiden Xi Jinping tidak bertemu dengannya pada KTT G20 mendatang di Jepang.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih, bahwa dia akan mengenakan tarif 25%, atau jauh lebih tinggi terhadap sisa impor China senilai US$300 miliar.
"Kami berharap dapat bertemu. Jika terjadi, maka ini adalah hal baik, dan jika tidak, dilihat dari sudut pandang kami, kesepakatan terbaik yang dapat kami tawarkan adalah 25% terhadap total [impor] US$600 miliar," kata presiden, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (11/6/2019).
Bagi beberapa pengamat ekonomi Cina, hal ini terdengar seperti ancaman dan trik. Zhou Xiaoming, mantan diplomat dan pejabat Mofcom mengatakan bahwa Trump ingin menggunakan tekanan maksimum untuk memaksa China kembali ke meja perundingan.
"Dan jika tidak ada pertemuan antara kedua pemimpin, Trump akan menyalahkan China," kata Zhou.
Jika Trump memberlakukan ancamannya untuk menambah bea 25% terhadap semua impor dari China, maka dampaknya akan membebani penjualan alat komunikasi vital dan produk konsumen sehari-hari.
Pada kesempatan lain, Trump sempat menegaskan dalam sebuah wawancara dengan CNBC bahwa tarif tambahan akan segera diberlakukan jika tidak ada pertemuan di KTT akhir bulan ini.
"Saya yakin dia [Xi] akan hadir dan sudah diagendakan. Kami memiliki hubungan yang baik dan dia sebenarnya adalah orang hebat. Sangat kuat dan cerdas. Tapi dia mewakili China dan saya mewakili AS," tutur Trump.