Bisnis.com, JAKARTA -- Berdasarkan data Centaline, Harga properti Hong Kong telah mengalami kenaikan sejak awal tahun lalu sebanyak 8,6%. Adapun minggu lalu harga rumah di Hong Kong menjadi rekor tertinggi setelah kenaikan tanpa henti selama tiga bulan terakhir.
Seperti dikutip dari Bloomberg,Tommy Wu di Oxford Economics Ltd, mengatakan bahwa rekor harga rumah yang tinggi di Hong Kong telah mendorong beberapa ekonom untuk memperkirakan ledakan gelembung.
"Sentimennya kemungkinan akan berubah menjadi lebih hati hati selama beberapa bulan ke depan atau mungkin untuk periode yang lebih lama," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg Minggu (9/6/2019).
Dia mengatakan kemungkinan penurunan harga rumah kini akan lebih besar karena terkena dampak perang perdagangan antara Cina dan Amerika Serikat yang mengakibatkan saham kota itu terpukul.
Tommy mengatakan Aksi jual ekuitas baru-baru ini telah begitu meluas sehingga sekitar sepertiga dari Konstitusi Hang Seng Index memasuki oversold Jumat lalu.
"Jika pasar saham terus di bawah tekanan, terutama jika tidak ada tanda-tanda ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan China mendapatkan bantuan besar, maka harga rumah akan jatuh," ujarnya.
Berdasarkan Ricacorp Properties Ltd. nilai transaksi properti di Hong Kong dalam lima bulan pertama tahun ini telah mencapai level tertinggi sejak 1997. Banyak pembeli membelanjakan dana sebanyak HK$348,3 miliar (US$44,4 miliar) untuk segala hal sepertirumah hingga tempat, parkir, toko, dan kantor.
KNight Frank LLP mengatakan bahwa ketegangan perdagangan dan volatilitas pasar saham akan menjaga harga rumah dan nilai nilai bahkan bisa turun 5% di babak kedua. Bahkan profesor Harvard Carmen Reinhart berpikir pasar properti Hong Kong telah menunjukkan tanda-tanda gelembung.
Ines Lam, ekonom CLSA Ltd. mengatakan bahwa ada lebih banyak ruang agar harga tetap naik karena permintaan pasar yang tetap kuat dan tingkat hipotek masih rendah.
"Saya pikir kenaikan 2019 akan dibatasi oleh ekonomi yang melambat dan lapangan kerja dan intensifikasi perang perdagangan antara Amerika dan Cina," ujarnya dikutip dari Bloomberg(9/6/2019).
Sementara itu, kepala ekonom Natixis SA, Asia Pasifik, Alicia Garcia Herrero, mengatakan solusi untuk harga perumahan yang tinggi saat ini adalah penambahan pasokan. Menurutnya pemerintah dapat menyelesaikan masalah tersebut namun pemerintah tidak ingin melakukannya.
"Dalam hal apapun, jangan khawatir, pasar akan melakukannya untuk mereka karena harga pasti akan jatuh karena ekonomi melambat dan Cina memperketat sekrup pada arus keluar," tuturnya.