Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Pekerjaan Rumah di Sektor Perikanan Budi Daya

Produksi perikanan budi daya masih bisa ditingkatkan lagi melalui pembenahan dari hulu sampai hilir agar kinerja sektor tersebut bisa makin optimal.
Ilustrasi Tambak Udang
Ilustrasi Tambak Udang

Bisnis.com, JAKARTA — Produksi perikanan budi daya masih bisa ditingkatkan lagi melalui pembenahan dari hulu sampai hilir agar kinerja sektor tersebut bisa makin optimal.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menilai bahwa masih ada banyak hal yang perlu dibenahi di sektor perikanan budi daya baik dari hulu hingga ke hilir agar kinerja sektor ini bisa maksimal dan tuntas.

Namun, katanya, pembenahan ini tidak bisa hanya dilakukan baik oleh pemerintah dan pelaku bisnis di sektor tersebut melainkan membutuhkan bantuan dan keterlibatan oleh pihak lain di luar sektor perikanan seperti pemerintah daerah, pihak-pihak yang bertanggung jawab di sektor infrastruktur dan lain-lain.

“Ya memang kalau bicara mengenai tuntas tidak tuntas, semuanya belum [tuntas]. Dikatakan tuntas itu kan hulu hilirnya. Hulu hilirnya ini kan kalau di perikanan budi daya itu boleh dikatakan masih banyak bolong-bolongnya,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (28/5/2019).

Salah satu hal yang menurut Slamet perlu ditingkatkan adalah ketersediaan benih yang merata baik secara kualitas dan kuantitas di seluruh Indonesia.

Saat ini, produksi benih untuk kebutuhan perikanan budi daya masih terpusat di Pulau Jawa. Oleh karena itu, ada kecenderungan sentra-sentra budi daya lain di luar Jawa kesulitan mendapatkan benih.

Belum lagi, pada saat-saat tertentu seperti ketika harga kargo, khususnya kargo udara, mengalami kenaikan, harga benih juga akan ikut terkerek naik sehingga menyulitkan para pembudi daya.

Untuk itu, menurut Slamet, ke depannya, Indonesia perlu mengembangkan industri benih berkelanjutan baik di Jawa maupun di luar Pulau Jawa.

Adapun, untuk membangun industri benih berkelanjutan dibutuhkan sejumlah komponen seperti indukan dan pakan benih yang cukup dan didorong oleh infrastruktur dan sistem logistik yang memadai

“Benih juga khususnya di air tawar masih terkendala pakan khususnya cacing. Sehingga kami sekarang sudah mulai berhasil membudidayakan cacing [untuk kebutuhan pakan benih],” jelas Slamet.

Terlepas dari benih, industri pembesaran ikan pun tak luput dari tantangan. Saat ini, tantangan yang masih kerap dihadapi, khususnya pada udang, adalah serangan berbagai jenis penyakit. Untuk itu, diperlukan berbagai trik dan teknik untuk mengatasi hal ini.

Budi daya perikanan juga masih membutuhkan tambahan sumber daya manusia atau penyuluh untuk mengarahkan para pelaku budi daya. Tak hanya dari sisi jumlah, ketersediaan sumber daya manusia ini juga perlu ditingkatkan dari segi kemampuan atau pengetahuan.

Di sisi hilir, industri pengolahan ikan juga masih terpusat di Pulau Jawa. Padahal, sumber-sumber bahan baku banyak tersebar di luar Pulau Jawa.

LUAR JAWA

Untuk itu, menurut Slamet, perlu dilakukan pendekatan berupa pengembangan pabrik-pabrik pengolahan di luar Jawa. Namun, lagi-lagi hal ini menemui tantangan dari segi ketersediaan infrastruktur seperti jalan dan listrik.

“Yang terjadi sekarang industri harus juga di tempat yang dekat dengan kawasaan budidayanya. Jadi, kalau bicara akuakultur itu bukan hanya bicara orang perikanan saja, tetapi melibatkan banyak sektor,” tambahnya.

Di luar hal-hal di atas, pembiayaan juga masih menjadi tantangan lain. Menurut Slamet, terlepas dari berbagai upaya untuk mendekatkan akses pembiayaan perbankan kepada para pelaku budi daya, nyatanya mereka masih kesulitan untuk mendapatkan pendanaan.

Ada kalanya, pengajuan bantuan modal harus menunggu waktu cukup lama hingga 1 bulan, tetapi kemudian masih ada sejumlah persyaratan yang kurang.

Di samping itu, adapula koordinasi antarpemerintah di daerah yang perlu diintensifkan.

“Ya memang belum jadi satu industri perikanan yang utuh. Perlu ke depan lebih ditingkatkan,” ujarnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat tren peningkatan produksi baik untuk sektor perikanan tangkap dan perikanan budi daya.

Produksi perikanan budi daya pada 2018 di luar rumput laut diprediksi hampir mendekati 7 juta ton dengan peningkatan sebesar 21,62% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Produksi ini disumbangkan oleh sejumlah komoditas seperti kerapu, udang, patin, nila, lele, kepiting, kerang-kerangan, kakap, ikan mas, gurame, bandeng, dan lainnya.

Untuk budi daya rumput laut, KKP mencatatkan estimasi penurunan produksi tipis dari 10,46 juta ton pada 2017 menjadi 10,37 juta ton pada 2018.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper