Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia diperkirakan masih merajai pasar ekspor batu bara dalam beberapa dekade ke depan, jauh di atas negara eksportir lainnya seperti Australia maupun Rusia.
Berdasarkan data dari IHS Markit, Indonesia diprediksi masih menjadi eksportir terbesar batu bara hingga 2050. Volumenya berpotensi tetap di atas 300 juta ton per tahun.
Dari sisi kualitas, batu bara dengan kalori menengah ke bawah masih jadi andalan Indonesia dengan persentase sekitar 90% dari total batu bara yang diekspor. Sisanya merupakan batu bara kalori tinggi.
Beberapa negara diperkirakan masih menjadi pelanggan utama batu bara dari Indonesia, seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Adapun Vietnam diprediksi akan menjadi salah satu negara dengan kebutuhan impor batu bara terbesar dalam jangka panjang seiring dengan masifnya rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sana.
Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengatakan pengembangan energi terbarukan akan semakin marak di seluruh dunia. Harganya pun akan semakin kompetitif dengan energi yang dihasilkan dari batu bara.
Namun, dia menilai batu bara masih akan menjadi salah satu pilihan energi primer utama. Hal tersebut ditandai dengan permintaan batu bara di beberapa negara yang masih akan meningkat dalam jangka panjang.
"Someday renewable energy memang akan sama murahnya dengan batu bara. Itu tidak menjadi masalah karena batu bara dan renewable energy bisa tetap berdampingan untuk jangka panjang," ujarnya, akhir pekan lalu.