Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Tekan Permintaan China, Ekspor Indonesia Terimbas

Para eksportir Indonesia cenderung tidak aktif untuk melakukan ekspansi karena besarnya tekanan eksternal dan internal.
Operator mengoperasikan alat berat di terminal batu bara Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat, Rabu (9/1/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra
Operator mengoperasikan alat berat di terminal batu bara Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat, Rabu (9/1/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra

Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat dan China berpotensi menghambat kinerja ekspor Indonesia, pasalnya perlambatan ekonomi China bisa membuat permintaan atas komoditas asal Tanah Air merosot.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia Hendra Sinadia mengatakan, perang dagang akan mengurangi permintaan batu bara, padahal China merupakan lokasi tujuan ekspor utama RI.

“Kami khawatir permintaan [batu bara] mereka akan turun karena industrinya melemah. Tentu ini menjadi tekanan bagi kami yang sebelumnya harus menghadapi penurunan permintaan dari India karena niat negara itu melakukan swasembada batu bara,” jelasnya.

Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri Indonesia Handito Joewono mengatakan, ekspor RI akan makin tertekan akibat perang dagang. Dia mengatakan, sepanjang kuartal I/2019, para eksportir cenderung tidak aktif untuk melakukan ekspansi karena besarnya tekanan eksternal dan internal.

“Kuartal I/2019 ini, para pengusaha ekspor memang cenderung pasrah atau lepas tangan karena besarnya tantangan. Mereka bilang mau genjot [kinerja] mulai kuartal II/2019. Sekarang dengan adanya perang dagang, kondisi di lapangan tentu makin berat. Perlu campur tangan lebih dari pemerintah berupa insentif khusus agar industri [berbasis] ekspor kita tidak makin melambat,” ujarnya.

Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mengaku sulit untuk memetakan industri RI yang akan meraup untung dari perang dagang. Kendati muncul peluang ekspor baru, kondisi pasar global saat ini cenderung melemah. Di sisi lain, negara-negara selain China dan AS akan makin tertutup untuk mengimpor dan kian agresif untuk mengekspor di tengah besarnya tekanan perdagangan global.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, aksi saling balas pengenaan tarif ekspor akan memunculkan peluang bagi Indonesia untuk menjadi penyedia produk substitusi atas komoditas yang dijadikan alat perang dagang oleh China dan AS.

Selain itu, sambungnya, Kemendag akan menerapkan instrumen trade remedies untuk melindungi limpahan produk asing akibat perang dagang. Langkah itu akan melindungi produsen lokal agar tidak terpapar dampak negatif perang dagang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper