Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 5 Sebab Pertumbuhan Konsumsi Belum Maksimal

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengungkapkan, potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga cukup besar, namun sedikit tertahan oleh beberapa faktor.
Suasana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Suasana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen pada kuartal I/2019 dinilai belum menyentuh level maksimal di tengah stimulus belanja pemerintah yang masif.

Pada kuartal I/2019, pemerintah telah mendistribusikan Program Keluarga Harapan sekitar Rp22,8 triliun atau 60 persen dari total belanja bantuan yang senilai Rp38 triliun.

Tidak hanya itu, laju inflasi tetap terkendali di level yang rendah. Pada akhir kuartal I/2019, inflasi tercatat sebesar 2,48 persen atau masih di dalam sasaran pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yakni 2,5 persen-3,5 persen.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengungkapkan, potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga cukup besar, namun sedikit tertahan oleh beberapa faktor.

Pertama, kenaikan harga barang-barang tahan lama atau durable goods. Alhasil, penjualan mobil sedikit mengalami penurunan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, penjualan mobil pada kuartal pertama mengalami penurunan sebesar 13,03 persen.

Kedua, pergeseran masa panen raya cukup berpengaruh. Pada tahun ini, masa panen bergeser ke April. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan tahun lalu ketika masa panen terkonsentrasi pada Maret.

Ketiga, belanja pemerintah yang tertunda. Seperti diketahui, belanja pemerintah bergeser ke awal Maret dan awal April. Hal ini termasuk kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS).

Di sisi lain, konsumsi pemerintah memang tumbuh cukup baik yakni sebesar 5,21 persen pada kuartal I/2019, dibandingkan 2,71 persen pada kuartal I/2018. Namun, konsumsi pemerintah secara individu melambat. Konsumsi individu pemerintah tercatat tumbuh 2,55 persen pada kuartal I/2019, dibandingkan 3,77 persen pada kuartal I/2018.

Keempat, masalah pemilihan umum dan trade war yang menganggu laju investasi. Laju investasi (PMTB) tercatat mengalami perlambatan pada kuartal I/2019 dengan pertumbuhan sebesar 5,03 persen dibandingkan 7,94 persen pada kuartal I/2018.

Kelima, ekspor barang dari dalam negeri yang menurun akibat jatuhnya harga komoditas. Ekspor barang dan jasa di dalam struktur ekonomi pada kuartal I/2019 mengalami kontraksi sebesar -2,08 persen dibandingkan 5,94 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Ekspor migas dan ekspor jasa mengalami kontraksi yang cukup dalam sebesar masing-masing -9,42 persen dan -5,25 persen pada kuartal I/2019, dibandingkan -7,09 persen dan 6,69 persen pada kuartal I/2018.

"Itu yang membuat sektor konsumsinya tidak begitu baik," tegas David, Selasa (07/05/2019).

Ekonom Indef Bhima Yudhistira melihat ada faktor lain yang menghambat potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2019 ini.

"Faktornya lebih ke kelas menegah dan kelas atas yang cenderung menahan belanjanya jelang Pemilu," kata Bhima.

Kelas menegah atas ini memiliki kontribusi yang mencapai hampir 80 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sementara itu, dia menilai konsumsi rumah tangga kelas bawah tidak signifikan kendati telah mendapat kucuran bantuan sosial.

Menurut Bhima, perubahan pola investasi pada masyarakat kelas menegah turut berpengaruh. Ada kecenderungan masyarakat untuk menabung di beberapa instrumen investasi, terutama Surat Berhaga Negara (SBN) seiring dengan agresivitas pemerintah dalam menerbitkan surat utang.

Di samping itu, dia menilai masyarakat tertarik dengan efek suku bunga yang meningkat hingga 175 basis poin (bps) dalam satu tahun terakhir.

"Ini membuat instrumen simpanan dan surat utang lebih menarik. Return-nya tinggi di saat inflasi hanya 3 persen-3,2 persen," tegas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper