Bisnis.com, JAKARTA - China dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membatalkan kelanjutan perundingan dagang dengan Amerika Serikat yang seharusnya dilaksanakan pekan ini di Washington.
Sikap tersebut di ambil Beijing setelah Presiden AS Donald Trump berjanji akan menaikkan tarif terhadap produk China senilai US$200 miliar pada pekan ini.
Trump juga menyampaikan bahwa pihaknya akan menambahkan daftar produk China yang akan dikenakan tarif baru sebesar 25 persen.
"Keputusan apakah pembicaraan akan dibatalkan tergantung pada apakah Wakil Perdana Menteri Liu He pergi ke Washington sesuai rencana," tulis Wall Street Journal, seperti dikutip melalui Reuters, Senin (6/5/2019).
Laporan tersebut juga mengutip seorang sumber yang mengatakan sikap China itu sesuai dengan pendirian pemerintahan Jinping yang enggan bernegosiasi di bawah tekanan.
Chua Hak Bin, seorang ekonom senior di Maybank Kim Eng Research Pte., Singapura, mengatakan bahwa risiko peningkatan ketegangan perang dagang menjadi semakin tinggi.
Baca Juga
"Ancaman Trump bisa saja menjadi bumerang karena China tidak akan mau bernegosiasi dengan ancaman yang mengarah kepada mereka," ujat Chua, seperti dikutip melalui Bloomberg.
Perubahan haluan pada proses perundingan dagang ini menyebabkan yuan anjlok, ekuitas menurun tajam, sementara tresuri futures naik, dan minyak merosot di tengah optimisme pasar terhadap perkembangan negosiasi.
Kini, dengan resolusi perang dagang yang menjadi tidak pasti, perusahaan kembali dipaksa memutar otak untuk mengelola rantai pasokan dalam upaya antisipasi perubahan yang dapat terjadi kapan saja.
Wakil Perdana Menteri China Liu He sejatinya dijadwalkan tiba di Washington pada Rabu (8/5/2019), bersama dengan sekitar 100 delegasi dengan harapan mencapai negosiasi terakhir.
Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengunjungi Beijing pekan lalu untuk menghadiri perundingan yang mereka anggap produktif.
Perubahan ini juga mencerminkan kekesalan AS terhadap China yang dianggap tidak konsisten dalam menjaga komitmen kesepakatan, khususnya terkait isu transfer teknologi.
Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada Fox News bahwa presiden mengeluarkan peringatan kepada Beijing.
Dia menambahkan, kemajuan besar yang telah dicapai dalam proses perundingan sejauh ini adalah masalah struktural dan penegakan hukum tetap berjalan.
"Kami berharap mereka [China] akan mencapai kesepakatan ini [dengan AS], tetapi jika mereka tidak melakukannya, presiden menyampaikan tarif akan tetap berlaku," kata Kudlow.
Trump mengenakan bea 25 persen atas barang-barang China seniali US$50 miliar tahun lalu sebagai tahap awal dan kemudian 10 persen pada produk tambahan senilai US$200 miliar pada September.
Tarif tersebut pada awalnya direncanakan akan mengalami kenaikan menjadi 25 persen pada 1 Januari dan 1 Maret, namun Trump terus menunda kebijakan ini sementara perundingan terus berlanjut.
Sebaliknya, China juga mengenakan tarif terhadap produk AS senilai US$110 miliar dan berulang kali memberi peringatan bahwa mereka akan melawan tarif Washington dengan cara mereka sendiri.