Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan nomor 32 yang membahas analisis kebijakan stabilitas keuangan sepanjang 2018 serta keterkaitannya dengan makroekonomi, kondisi global, dan perkembangan di korporasi dalam negeri.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan bank sentral melakukan perombakan Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) edisi 32 ini sehingga laporan kali ini berbeda dari sebelumnya.
"Kami melakukan perombakan dari KSK kali ini dan menekankan pada tiga hal," ujarnya dalam peluncuran KSK, Jumat (3/5/2019).
Pertama, BI menekankan hubungan sektor keuangan dengan perbankan, lembaga keuangan, korporasi, pemerintah, bank sentral serta global.
Kedua, analisis dari KSK menekankan analisis prosiklikal di sistem keuangan dan micro systemic assesment. Perry menerangkan hal ini harus dilakukan karena BI melihat risiko keuangan tidak hanya terjadi dari mikro tetapi juga dari makro.
Ketiga, KSK kali ini menekankan pada analisis bukan perkembangan sehingga masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari buku ini.
Baca Juga
Buku ini di antaranya membahas isu intermediasi, kebutuhan pembiayaan eksternal korporasi yang meningkat, ketahanan likuiditas perbankan, volatilitas pasar keuangan, kebijakan makroprudensial BI, dan prospek serta arah kebijakan sistem keuangan.
Turut hadir dalam peluncuran buku ini antara lain mantan gubernur BI Syahril Sabirin, mantan gubernur BI Burhanudin Abdullah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Haru Kusmohargyo, dan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang juga menjadi calon deputi gubernur senior BI Destry Damayanti.