Bisnis.com, JAKARTA - Setelah kerja sama dengan Dubai Port (DP) World di Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS) diakhiri, Pelindo III akan membenahi fasilitas terminal untuk mempertahankan pasar yang sudah terbentuk.
Sekretaris Perusahaan PT Pelindo III (Persero) Faruq Hidayat mengatakan perseroan akan meremajakan peralatan untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan layanan lebih prima. Secara bertahap dalam 3-4 tahun ke depan, empat unit container crane, 24 unit rubber tyred gantry (RTG), dan 100 truk akan diremajakan dengan estimasi investasi Rp2 triliun.
"Itu sedang kami lelang. Komitmen kami ke depan, pelayanan di TPS akan kami upayakan lebih baik untuk mempertahankan loyalitas pengguna jasa," katanya saat dihubungi, Senin (29/4/2019).
Faruq menuturkan, sejumlah peralatan memang sudah tua dengan usia pemakaian 20-30 tahun. Crane akan di-upgrade dari tipe panamax menjadi post panamax sehingga daya jangkaunya lebih luas dari 13 row menjadi 16 row. RTG pun akan diganti dari semula berbahan bakar diesel menjadi bertenaga listrik (e-RTG) sehingga lebih ramah lingkungan.
Soal fasilitas dermaga TPS, Pelindo III belum berencana menambah kedalaman kolam dalam waktu dekat. Saat ini kedalaman dermaga 13 meter di bawah permukaan air laut (LWS) yang mampu disandari kapal dengan kapasitas muat kontainer 4.000-5.000 TEUs. Meskipun demikian, perseroan memiliki rencana menambah kedalaman menjadi -16 meter LWS dalam 5 tahun ke depan sembari melihat perkembangan operasional.
Sesuai kontrak, kemitraan Pelindo III dengan DP World untuk mengelola TPS berakhir pada 28 April 2019. Keduanya sepakat tidak memperpanjang kerja sama.
DP World masuk menjadi pemegang saham TPS setelah mengakuisisi saham Holding Company P&O Port, induk P&O Dover, pada 1 Maret 2006. Adapun P&O Dover memiliki 49% saham TPS sejak 1999 setelah Pelindo III melakukan privatisasi saham di TPS. Pascaakuisisi, seluruh aset dan penyertaan milik P&O Dover berpindah ke DP World, termasuk saham di TPS, sehingga komposisi saham TPS adalah 51% milik Pelindo III dan 49% milik DP World.
Untuk mengembalikan 49% saham TPS ke pangkuan Pelindo III, BUMN operator pelabuhan itu merogoh kocek Rp490 miliar. Dengan kepemilikan 100%, maka Pelindo III memiliki kesempatan mengelola TPS secara mandiri dan mengoptimalkan pengelolaan aset negara.
Sepanjang 2018, arus peti kemas internasional di TPS naik 7,7% (year on year) menjadi 1,4 juta TEUs dan kontainer domestik melesat 38,2% (y-o-y) menjadi 108.898 TEUs.
Sementara itu, throughput selama Januari--Maret 2019 tercatat 348.356 TEUs, naik 7,3% dari realisasi periode yang sama tahun lalu. Produksi bongkar muat itu terdiri atas peti kemas domestik 26.398 TEUs dan peti kemas internasional 321.958 TEUs.
Beberapa kapal ocean going yang rutin sandar di TPS a.l. milik shipping line Maersk Line, KMTC, OOCL, Cosco, Mariana Express Line, Yang Ming, One, Wan Hai, dan CMA CGM.
Pelindo III tidak khawatir terminasi kerja sama dengan DP World yang dikenal memiliki jaringan luas dengan pelayaran global akan membuat TPS kehilangan sebagian pelanggan.
"Sejauh ini tidak ada masalah karena kami secara operasional tidak ada perubahan sama sekali. Mereka juga tidak ada keinginan untuk keluar dari TPS. Mereka sudah nyaman dengan pelayanan di TPS selama ini," kata Faruq.
"Saya tidak tahu secara spesifik mana yang mereka [P&O Dover dan DP World] bawa awalnya. Tapi, mereka [shipping line] sudah ada di situ [TPS] sejak lama. Ke depan mereka tidak ada rencana untuk keluar dari Surabaya karena sudah liner rutin."
Mengenai ide kerja sama Pelindo III dengan DP World di terminal lain, Faruq mengemukakan sejauh ini belum ada pembicaraan yang mengarah ke sana karena kedua belah pihak masih fokus pada pengakhiran kerja sama di TPS.