Bisnis.com, JAKARTA – PT Garam memproyeksikan produksi garam krosok atau kasar pada tahun ini dapat mencapai 400.000 ton.
Budi Sasongko, Direktur Utama PT Garam, mengatakan realisasi pada tahun lalu mencapai 105% dari target sebesar 350.000 ton atau sebesar 370.000 ton.
“Peningkatan pada tahun ini didorong oleh pembenahan yang dilakukan ke ladang-ladang milik PT Garam. Lahan-lahan kami optimalisasi semua, serta yang dulunya menganggur kami revitalisasi,” katanya, Rabu (24/4/2019).
Berdasarkan informasi di situs resmi PT Garam, perseroan tercatat memiliki 5 unit produksi bahan baku atau garam krosok, yaitu Pegaraman Sumenep-I, Pegaraman Sumenep-II, Pegaraman Pamekasan, Pegaraman Sampang, dan Pegaraman Kupang-NTT.
Produksi garam perseroan dilakukan dengan cara pengolahan bertingkat di mana proses penguapan air laut dilakukan di areal evaporator, sedngkan proses pengkristalan dilakukan di areal kristalisasi sehingga diperoleh garam dengan kualitas yang baik.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan garam merupakan salah satu komoditas strategis karena sangat dibutuhkan dalam semua sektor kehidupan. Bagi manusia, digunakan untuk konsumsi, sedangkan industri guna menunjang proses produksinya, seperti industri kimia, aneka pangandan minuman, farmasi dan kosmetika, hingga pengeboran minyak.
“Tanpa garam, industri kertas tidak bisa berproduksi. Tanpa garam, kontak lensa tidak bisa diproduksi. Jadi, penggunaannya sangat luas. Bahkan, di Batam, ada perusahaan yang saat ini membutuhkan garam sekitar 2.000 ton,” katanya.
Kebutuhan garam nasional yang diperkirakan sekitar 3,7 juta ton, menjadi tantangan bagi industri pengolahan garam nasional agar bisa memenuhi dari produksi dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor.