Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelni (Persero) siap membuka rute pelayaran internasional paling cepat mulai 2020 yang mengangkut kargo ekspor BUMN ke negara di kawasan Asia Tenggara.
Direktur Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni (Persero) Harry Boediarto mengatakan produk BUMN semakin meningkat, termasuk komoditas mineral yang diekspor ke negara-negara tetangga.
"Ini merupakan peluang bagi shipping company dalam negeri, termasuk BUMN shipping," katanya kepada Bisnis, Minggu (21/4/2019).
Harry menuturkan, Pelni saat ini telah mengangkut barang milik sejumlah BUMN untuk kebutuhan dalam negeri, seperti batu bara milik PT PLN, alumina milik PT Inalum (Persero), pelat baja (steel plate) milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Ada pula produk teh, kopi, gula, dan minyak goreng milik Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), beras milik Perum Bulog, serta barang proyek, seperti gilder dan tiang pancang, milik PT Hutama Karya (Persero).
Pelni meyakini, komoditas maupun barang proyek yang dibutuhkan di negara-negara tetangga dapat diangkut oleh kapal-kapal Pelni sebagai bentuk sinergi BUMN pada tahap yang lebih maju.
"Kami saat ini sudah siap karena ketika beli, kapal-kapal kami merupakan kapal yang sudah berlayar untuk melayani pelayaran ocean going," jelas Harry soal kesiapan armada Pelni.
Sebagai informasi, Pelni saat ini mengoperasikan delapan kapal barang berbagai ukuran dan kapasitas yang sebagian di antaranya digunakan untuk melayani rute tol laut.
Armada itu mencakup KM Caraka Jaya Niaga III/4, KM Caraka Jaya Niaga III/22, KM Caraka Jaya Niaga III/32, KM Logistik Nusantara I, KM Logistik Nusantara II, KM Logistik Nusantara III, KM Logistik Nusantara IV, dan KM Logistik Nusantara V.
Menurut Harry, KM Logistik Nusantara saat ini cukup memadai untuk pengangkutan kargo internasional.
Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelni (Persero) Yahya Kuncoro menambahkan Pelni tengah mengantisipasi permintaan pengangkutan muatan ke luar negeri. Antisipasi itu sedang disusun dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pelni 2020-2025. "Arahnya pasar Asia Tenggara," katanya.
Pelni sebelumnya menyatakan akan mengurangi secara bertahap kontribusi kegiatan yang disubsidi pemerintah dan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik (PSO) terhadap pendapatan perseroan, untuk kemudian dikompensasi oleh kegiatan komersial.
Pada saat yang sama, Pelni akan memperbesar kontribusi pengangkutan barang terhadap total pendapatan tahun ini sejalan dengan transformasi bisnis perseroan dari angkutan penumpang ke angkutan barang.
Pelni sebagai BUMN transportasi laut menekuni bisnis angkutan barang saat awal berdiri. Seiring dengan kebijakan pemerintah, perusahaan diminta fokus melayani angkutan penumpang antarpulau untuk menghubungkan Nusantara melalui angkutan penumpang sebagai penugasan, PSO, dan dibiayai pemerintah.
Pelni tahun lalu membukukan pendapatan Rp4,9 triliun yang 54% di antaranya disumbang dari kegiatan yang disubsidi pemerintah dan PSO dan sisanya berasal dari kegiatan komersial. Tahun ini, perusahaan mengincar omzet Rp5,6 triliun.