Bisnis.com, BANDUNG—PT Angkasa Pura (AP) II segera merealisasikan penyertaan modal di PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB). Sementara PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) siap memanfaatkan peluang di Aerocity Kertajati, Majalengka.
Keputusan dua BUMN ini lahir usai Direktur Utama PT AP II Muhammad Awaludin dan Direktur Utama PT RNI Didi Prasetyo menggelar rapat khusus dengan Pemprov Jabar di Gedung Sate, Bandung, Kamis (18/4).
Sekda Jabar Iwa Karniwa mengatakan rapat digelar guna menindaklanjuti upaya mengefektifkan kinerja Bandara Kertajati dari sisi penerbangan maupun aspek komersial lain lewat kerjasama BUMN dan BUMD. “Di situ dibahas skenario penyelesaian berbagai hal,” kata Iwa.
Menurut Iwa PT AP II segera merealisasikan penyertaan modal kepemilikan saham 25% di PT BIJB.
Iwa menyebutkan pihaknya tengah memastikan skenario yang tidak memberatkan BUMN tersebut. “Disepakati membuat lini waktu dan membahas pasal-pasal [kerjasama] yang dimungkinkan,” ujarnya.
Prinsipnya semua pihak menurut Iwa sudah memastikan percepatan penyelesaian kepemilikan saham, kerjasama operasi dan penuntasan infrastruktur pendukung Bandara Kertajati yakni Tol Cisumdawu.
“Disepakati sebelum Cisumdawu selesai 2020, kita menggenjot [pasar] Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Kuningan yang penduduknya mencapai 15 juta jiwa,” papar Iwa.
Sementara RNI, menurutnya Iwa, membidik kerja sama di kawasan aerocity dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan. “RNI ingin implementasi di aerocity sekaligus pengembangan kawasan segitiga Rebana,” tutur Iwa.
Menurut Iwa ketertarikan RNI karena BUMN tersebut memiliki aset di wilayah aerocity yang rencananya akan dimatangkan dalam rapat teknis antara Pemprov, RNI dan PT BIJB.
“Nanti akan ada pembicaraan soal konsep-konsep. Ini mutlak disinergikan karena tanah RNI cukup luas di areal aerocity,” ujar Iwa.
Di tempat yang sama Dirut PT AP II Muhammad Awaludin mengatakan posisi perusahaannya sebagai operator Kertajati sudah pasti sejak Januari 2018 lalu. “Namun Pemerintah Provinsi Jawa Barat menginginkan kami tak hanya sebagai operator tapi juga investor dan pemegang saham,” Awaludin.
Awaludin mengaku Pemprov memberi tenggat penuntasan ini hingga awal Mei mendatang. AP II sendiri melihat posisi pemegang saham bisa dilakukan dengan berbagai cara, langsung menenamkan modal atau menerbitkan instrumen keuangan.
“Bisa juga pengambilalihan biaya operasi yang ditanggung PT BIJB dialihkan pada kita,” tutur Awaludin.
Penyertaan modal di PT BIJB menurut Awaludin dipastikan tidak akan berubah dari kewajiban sebesar Rp600 miliar. Kementerian BUMN menurutnya sudah memberikan persetujuan penyertaan modal AP II tersebut.
“Ruang itu tidak akan berubah, porsi 25% itu akan kami optimalkan. Hanya kan tata caranya banyak,” kata Awaludin.
Pihaknya hanya meminta tiga syarat pada Pemprov Jabar proses pembahasan penanaman modal ini harus cepat, mudah dan tidak berbiaya tinggi. “Berbagai transaksi keuangan kan ada biayanya tapi kita cari yang optimal,” ujar Awaludin.
AP II memastikan pihaknya concern untuk bekerja sama dengan sejumlah skema yang akan dibahas guna melahirkan sejumlah solusi agar bandara seluas 1.300 hektar tersebut efektif.
“Satu, aspek korporasi, karena bagaimanapun BIJB ini setelah bandara beroperasi kontinuitasnya harus tetap jalan,” papar Awaludin.
Kedua, soal aspek komersil Kertajati yang posisinya sebagai penunjang Cengkareng, Halim dan Husein Sastranegara Bandung sangat memungkinkan diterapkan konsep pembagian lalu lintas penerbangan.
“Jadi konsepnya multy airport systems, bandara lebih dari satu dan terintegrasi, ini yang akan kita atur,” kata Awaludinny.
Direktur Utama PT RNI Didi Prasetyo mengaku pihaknya ingin mendayagunakan lahan RNI di wilayah Kertajati yang terbilang cukup luas. “Kami punya keberadaan lahan di sana. Saat ini lahan masih perkebunan tebu, tapi dengan kerjasama ini kami inginnya nilainya lebih bagus lagi,” ujar Didi.
Pihaknya masih menghitung luasan dan konsep bisnis yang akan dipergunakan untuk aerocity sekaligus mensinkronkan dengan rencana kajian pemanfaatan ruang di kawasan tersebut.
“Perkebunannya masih aktif. Kalau dipertahankan sebagai kebun tebu sementara bandara sudah aktif, kendalanya cukup tinggi,” papar Didi.