Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Produsen Biodiesel Sebut Tahapan B100 Masih Panjang

Kalangan produsen biodiesel meyakini implementasi massal penggunaan minyak sawit 100% untuk bahan bakar atau B100 belum akan terlaksana dalam waktu dekat.
Pandu Gumilar
Pandu Gumilar - Bisnis.com 16 April 2019  |  10:44 WIB
Produsen Biodiesel Sebut Tahapan B100 Masih Panjang
Ilustrasi bahan bakar Biodiesel B20 - Reuters/Mike Blake

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan produsen biodiesel meyakini implementasi massal penggunaan minyak sawit 100% untuk bahan bakar atau B100 belum akan terlaksana dalam waktu dekat.

Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menilai untuk implementasi B100 bagi kendaraan bermotor secara masif, masih ada tahapan panjang yang harus dilalui.

Dia mengatakan untuk sekedar uji coba jalan B100, pihak swasta juga telah menerapkan sejak 2006. "Kalau sekedar jalan, sejak 2006 juga sudah jalan. Beberapa perusahaan sudah lakukan B100 dan itu jalan, tapi kan perlu ada tes macam-macam setelahnya," katanya pada Senin, (5/4).

Paulus menjabarkan setidaknya ada lima tes yang perlu dijalani seperti tes bahan bakar, uji emisi, uji kehematan, uji kemampuan pelumas, dan pengaruhnya terhadap mesin

Paulus menjelaskan untuk menguji B30 saja, pabrik kendaraan butuh uji jalan minimal 40.000 km. Setelah tes selesai pun, lanjutnya, pabrikan masih meminta tambahan sampai 100.000 km yang memakan waktu minimal 6 bulan.

Pengujian pun melibatkan universitas, kementerian, BUMN dan asosiasi terkait.  Pengujian tersebut, kata Paulus, tidak cuma melihat efek samping dari penggunaan tetapi juga peningkatan standar kualitas dan mutu biodiesel yang diproduksi.

"Bahkan Jepang sampai ikut mengetesnya. Nanti setelah dites, dibelah mesinnya dan dilihat pengaruhnya. Untuk yang akan datang setiap peningkatan [penggunaan kadar sawit dalam bahan bakar] mesti ada tes yang komprehensif atau pabrik kendaraan tidak mau menggunakan," katanya.

Aprobi, lanjutnya, sebagai produsen juga tidak berani terlalu mempercepat peningkatan kadar minyak sawit dalam bahan bakar karena harus menjaga standar. Pabrik kendaraan pun selalu meminta peningkatan secara bertahap.

Lebih-lebih, untuk teknologi saat ini yang menurut Paulus hanya mentok pada B40. Padahal, untuk mencapai B100 masih perlu penyesuaian dan penambahan berupa Hydroginated vegetables oil (HVO) yang saat ini masih diteliti oleh Pertamina dan Italia.

Menurutnya dengan campuran HVO dan biodiesel baru bisa ditemukan B100 dimana secara molekul sama bentuknya dengan solar.

"Sampai B30 belum [bisa], perlu ada penyesuaian. Lebih dari itu perlu penyesuaian pada mesin. Paling tinggi B40. Kalau mau B100 perlu ada HVO. Ini jenisnya beda masih dalam penelitian," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Biodiesel
Editor : Bunga Citra Arum Nursyifani

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top