Bisnis.com, JAKARTA - PT Pos Indonesia (Persero) memprediksi lonjakan kiriman paket berkisar 30%--40% pada Ramadan dan Lebaran 2019. Oleh karena itu, perseroan mengantisipasi lonjakan kiriman dengan mengoptimalkan jalur darat dan utilisasi armadanya.
Vice President Proses dan Transportasi PT Pos Indonesia Farius Muhamartono menuturkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan koordinasi internal dalam rangka mengantisipasi lonjakan kiriman pada musim puncak Ramadan dan Lebaran 2019, karena proses pengumpulan maupun distribusi barang akan menghadapi sejumlah tantangan.
Dia menjelaskan bahwa pihaknya akan mengantisipasi lonjakan tersebut dengan mengoptimalisasi jalur daratnya mengingat biaya kiriman melalui udara atau tarif surat muatan udara (SMU) yang tinggi.
"Yang pasti kami akan optimalkan jalur darat kami, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, sampai ke Nusa Tenggara Barat [NTB], kemudian Kalimantan Sulawesi, kita optimalkan jalur itu, yang sudah rutin," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (14/4/2019).
Dia menuturkan bahwa biasanya Pos Indonesia memiliki kendaraan-kendaraan cadangan dengan memanfaatkan jaringan milik anak usahanya yakni PT Pos Logistik. Dengan demikian, ketika ada lonjakan volume kiriman, armada cadangan milik anak usahanya akan digunakan.
"Skenario kedua, kami akan tambahkan frekuensi trayeknya dari sehari 2 kali dalam 1 perjalanan menjadi 3 kali sehari," jelasnya.
Dia menerangkan, dalam pengiriman paket baisanya, Pos Indonesia melayani kiriman melalui darat, laut dan udara. Pengiriman udara berkisar 20 ton--30 ton per hari, sedangkan darat menggunakan armada truk mencapai 30 ton di jalur Jawa dan Sumatera.
"Kalau ke kalimantan kita pakai perahu, kapal ro-ro, sekitar 15 ton per hari. Kalau lagi peak [musim puncak] kita bisa berangkatkan dua truk ke Kalimantan, pakai anak perusahaan," ungkapnya.