Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

15.000 ha Lahan di Aceh Potensial Jadi Ladang Garam

Pemerintah menyebutkan ada 15.000 hektare (ha) lahan di wilayah Aceh yang berpotensi dijadikan sebagai ladang garam.
Petani garam Amed memanen garam menggunakan alat tradisional. JIBI/BISNIS-Feri Kristianto
Petani garam Amed memanen garam menggunakan alat tradisional. JIBI/BISNIS-Feri Kristianto

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah menyebutkan ada 15.000 hektare (ha) lahan di wilayah Aceh yang berpotensi dijadikan sebagai ladang garam.

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Maritim menyebutkan dalam waktu dekat pihaknya akan menurunkan tim guna meninjau lahan-lahan yang di maksud.

"Kemarin baru kita ketemu dengan Pemerintah Daerah Aceh. Di Aceh dikabarkan ada skitar 15.000 hektar yang berpotensi untuk dijadikan lahan. Jadi, tim saya akan ke Aceh sebentar lagi," ujarnya, Senin (8/4/2019).

Seperti diketahui, pemerintah dalam beberapa waktu terakhir tengah mengupayakan ekstensifikasi atau perluasan ladang garam demi meningkatkan produksi garam dalam negeri. 

Kebutuhan garam nasional sendiri diprediksi mencapai 4,197 juta ton di 2019 baik untuk garam kebutuhan rumah tangga, industri, juga peternakan dan perkebunan.

Adapun, produksi garam tahun ini diprediksi akan mencapai sekitar 2,3 juta ton. Dengan demikian, Indonesia masih harus melakukan importasi garam demi mencukupi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk industri. Pemerintah sendiri membuka alokasi impor hingga 2,7 juta ton tahun ini.

Ekstensifikasi garam sendiri telah dimulai sejak 2017 lalu. Hingga September 2018, raelisasi perluasan ladang garam baru mencapai sekitar 4.000 ha yang ada di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), dari total target sekitar 10.000 ha.

Dengan pertambahan tersebut, Indonesia saat ini diestimasi memiliki 26.000 ha ladang garam yang terdiri atas 26.000 ha ladang garam rakyat dan 5.000 ha lahan milik PT Garam.

Menurut Agung, saat ini pemerintah juga masih terus mengupayakan perluasan ladang garam di NTT, tepatnya di Kabupaten Malaka.

"Garam sekarang kita berkembang ada di Malaka, sedang dalam proses. Rata-rata proses pertanahan karena [kepemilikan] tanah ini tumpang tindih," tambahnya.

Dia menambahkan, untuk memproses lahan-lahan ini memang tidak gampang, bisa.membutuhkan waktu 2 hingga 3 tahun. Namun, begitu status lahan jelas dan mulai bisa diupayakan, produksi garamnya diharapkan bisa terlihat dalam waktu satu tahun.

Berdasarkan data yang didapat Bisnis, hingga September tahun lalu, Aceh menyumbang 2.117 ton produksi garam rakyat dari total 431.155 ton pada saat itu. Adapun produksi garam rakyat hingga akhir 2018 mencapai total lebih dari 2,3 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper