Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operasi Pasar Belum Mampu Tekan Harga Bawang Putih & Merah

Operasi pasar harga bawang putih dan merah yang dilakukan pemerintah rupanya belum berhasil menekan harga kedua komoditas hortikultura itu di pasaran.
Pedagang grosir bawang putih di Pasar Kramat Jati sedang melayani pesanan, Jumat (5/4/2019)/Bisnis/Pandu Gumilar
Pedagang grosir bawang putih di Pasar Kramat Jati sedang melayani pesanan, Jumat (5/4/2019)/Bisnis/Pandu Gumilar

Bisnis.com, JAKARTA - Operasi pasar harga bawang putih dan merah yang dilakukan pemerintah rupanya belum berhasil menekan harga kedua komoditas hortikultura itu di pasaran.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada Senin (8/4/2019), harga bawang putih nasional naik 1% dari minggu lalu menjadi Rp37.000/kg. Harga tertinggi berada di DKI Jakarta Rp52.000/kg dan D.I Yogyakarta Rp50.000/kg.

Sementara itu, harga bawang merah nasional, Rp38.800/kg. Dengan harga tertinggi Papua Rp54.000/kg dan DKI Jakarta Rp47.500/kg.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan operasi pasar (OP) tidak berfungsi untuk kendalikan harga komoditas hortikultura tersebut.

"Kemarin OP tapi harga naik .Sudah saya sampaikan berulang kali OP itu tidak akan berpengaruh," katanya kepada Bisnis, Senin (8/4/2019). Menurutnya, gejolak harga yang saat ini terasa di tingkat pasar adalah bawang merah dan bawang putih.

Bahkan harga bawang merah, lanjutnya, sudah tembus angka Rp50.000/kg di beberapa pasar Ibukota. Hal itu ditengarai akibat produksi yang sedikit dan beban operasional tinggi yang diemban oleh petani seperti pupuk dan bibit.

Sementara untuk bawang putih, pemerintah dinilai tidak akan berdaya mengendalikan harga karena stok sepenuhnya dipegang oleh importir.

"Baput [bawang putih] ini kan 90% impor. Itu memang sulit memproses atau melacak tahapan [tata niaga] sepenuhnya dikendalikan importir begitu pun harga. Pemerintah juga tidak berdaya intervensi harga, maka harus ada tata kelola bawang putih yang baik," katanya.

Abdullah mengusulkan supaya operasi pasar diganti mekanismenya. Pasalnya cara selama ini dengan menjual bahan pangan murah di pinggir jalan atau pasar tidak berdampak signifikan. Sebaliknya harga justru tetap menanjak.

Dia mengusulkan agar pemerintah menyediakan komoditas dalam jumlah yang besar dan dijual kepada pedagang. Supaya pedagang yang menjual ke konsumen dengan harga yang murah.

"Tapi entah kenapa mereka lebih pilih OP di pinggir jalan. Itu tidak ada efeknya. Serahkan barang ke penjual dengan harga murah [dan jumlah besar] itu akan efektif," katanya.

Selain itu, Abdullah pun kesulitan memprediksikan harga bawang menjelang Ramadhan. Pasalnya selama tiga tahun ini terjadi anomali dimana harga sulit diperkirakan. Akan tetapi, menurutnya, bila ketiga faktor berikut tidak dipersiapkan maka harga diperkirakan akan menanjak.

Pertama, supply demand. Faktor ini mempengaruhi harga seperti jumlah produksi karena berkaitan dengan kebutuhan yanb makin tinggi jelang lebaran. Kedua, rantai distribusi yang harus diawasi agar tidak ada penimbunan yang diawasi pihak terkait.

"Ketiga, faktor cuaca pun berpengaruh. Kalau ketiganya bisa dikalkulasi dan diantisipasi. Maka harga tidak akan tinggi ketika lebaran," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper