Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

David Malpass Pimpin Bank Dunia, Ini Fokus Rencana Kerjanya

David Malpass, kandidat presiden Bank Dunia yang dipilih oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, memenangkan persetujuan dewan eksekutif untuk memimpin institusi keuangan tersebut
David Malpass calon Presiden Bank Dunia/Istimewa
David Malpass calon Presiden Bank Dunia/Istimewa

Bisnis, JAKARTA -- David Malpass, kandidat presiden Bank Dunia yang dipilih oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, memenangkan persetujuan dewan eksekutif untuk memimpin institusi keuangan tersebut.

Terpilihnya Malpass menandai kelanjutan tradisi berusia 73 tahun di mana seorang warga negara Amerika memimpin pemberi pinjaman pembangunan terbesar di dunia.

"Malpass akan mengisi jabatan presiden Bank Dunia pada 9 April 2019 dengan masa jabatan selama lima tahun," seperti dikutip melalui pernyataan Bank Dunia, dilansir melalui Bloomberg, Minggu (7/4).

Trump menominasikan Malpass pada Februari, seorang loyalis yang sangat kritis terhadap China dan menyuarakan pendapat yang seragam dengan Trump mengenai perombakan tatanan ekonomi global.

Sejumlah tokoh termasuk peraih Nobel Joseph Stiglitz mengkritik proses seleksi jabatan tertinggi di institusi tersebut yang Amerika-sentris dan menekankan keraguan terhadap sikap Malpass mengenai kerja sama internasional.

Meski demikian sampai dengan tenggat waktu nama-nama nominasi diterima, tidak ada negara lain yang mengusulkan kandidat untuk menantang Malpass, membuat dewan yakin untuk memilihnya.

Presiden Bank Dunia sebelumnya Jim Yong Kim, menghadapi dua penantang, dari Nigeria dan Kolombia, pada 2012 ketika ia pertama kali dipilih.

Dalam wawancara telepon dengan Reuters, Malpass mengatakan dia akan menjunjung tinggi komitmen Bank Dunia untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara termiskin dan untuk memerangi perubahan iklim, dan mengejar tujuan dari peningkatan modal US$13 miliar  yang disetujui tahun lalu.

"Kita perlu mendorong potensi pertumbuhan yang lebih luas untuk setiap peminjam, serta menciptakan ekonomi global yang lebih kuat dan lebih stabil untuk semua pihak," ujar Malpass dalam emailnya kepada karyawan Bank Dunia.

Sebelum pencalonannya, Malpass menggambarkan Bank Dunia sebagai institusi yang terlalu besar, tidak efisien dan enggan memotong dana untuk negara-negara berkembang yang sudah tumbuh menjadi negara emerging market.

Dia mendorong Bank Dunia untuk mengurangi pinjaman ke China, dengan alasan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut memiliki sumber daya keuangan yang cukup untuk mendukung dirinya sendiri.

Sejak dicalonkan, Malpass telah mengadopsi sikap yang lebih lembut, dengan menunjukkan bahwa dia adalah negosiator utama Amerika yang terlibat dalam penyusunan paket reformasi di mana Bank Dunia akan menerima peningkatan modal US$13 miliar.

Dengan penambahan dana tersebut, bank akan lebih fokus memberi pinjaman kepada negara-negara berpenghasilan rendah.

Malpass menggantikan Jim Yong Kim, yang mundur pada 1 Februari untuk bergabung dengan sebuah perusahaan investasi. Selama masa jabatan kosong, Kepala Eksekutif Bank Dunia, Kristalina Georgieva bertindak sebagai pemimpin sementara.

Posisi presiden Bank Dunia secara historis jatuh ke tangan warga negara Amerika, sementara Eropa memimpin organisasi serupa yakni International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional.

Beberapa pengamat menyerukan agar Bank Dunia menghentikan tradisi ini dan menunjuk orang non-Amerika sebagai bentuk pengakuan atas pengaruh emerging markets seperti China dan India, dan fokus pemberi pinjaman pada kebutuhan pembangunan.

Malpass, 63 tahun, merupakan mantan Wakil Menteri Keuangan AS untuk urusan internasional di bawah kepresidenan Trump.

Dia berperan sebagai delegasi Amerika Serikat pada pertemuan ekonomi internasional termasuk KTT G-20, pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.

Dia sebelumnya juga pernah memegang jabatan senior di Departemen Keuangan di bawah pada masa kepresidenan Ronald Reagan dan George H. W. Bush.

Malpass sebelumnya menjabat sebagai kepala ekonom di Bear Stearns, sebuah bank investasi yang kolaps selama krisis keuangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper