Bisnis.com, JAKARTA — PT Jakarta International Container Terminal berancang-ancang menggelontorkan investasi secara masif mulai tahun depan, setelah pada 2019 fokus meninjau ulang kekuatan fasilitas terminal peti kemas tersebut.
Direktur Utama PT Jakarta International Container Terminal (JICT) Gunta Prabawa mengatakan, selain mempertahankan kinerja operasional, perusahaan melakukan review seluruh infrastruktur setelah 20 tahun beroperasi.
“Jumlah capex [capital expenditure/belanja modal] itu akan keluar setelah kami melakukan full assessment,” katanya, Kamis (4/4).
Pada tahun depan, Gunta menjelaskan investasi masif digelontorkan untuk JICT yang merupakan perusahaan patungan PT Pelabuhan Indonesia II/IPC dan Hutchison Ports Indonesia. Tahun ini, JICT hanya mengeluarkan belanja modal untuk biaya konsultan dan desain.
Saat ini, JICT mengoperasikan 16 unit container crane, 62 rubber tyred gantry (RTG), dan 120 head truck. Seluruh crane bertipe post-panamax dan super post panamax dengan kemampuan angkat ganda.
Dengan peralatan itu, JICT mampu mempertahankan produktivitas bongkar muat peti kemas di atas 26 boks per crane per jam (BCH) dan produktivitas pelayanan kapal di atas 70 boks per kapal per jam (BSH).
Kinerja produksi bongkar muat terus menanjak dari semula 1,4 juta TEUs pada 1999—saat JICT mulai beroperasi—menjadi lebih dari 2,4 juta TEUs setahun. Dalam 20 tahun, JICT telah membukukan throughput 37,3 juta TEUs.
Wakil Direktur JICT Riza Erivan menambahkan pihaknya terus menambah panjang dermaga, dari hanya bisa disandari empat kapal sekaligus di dermaga barat pada 1999, menjadi 7 kapal secara bersamaan di dermaga utara.
Kapal yang singgah di JICT merupakan pelaku usaha pelayaran dunia dengan rute langsung ke negara utama, misalnya kapal MV CMA CGM Tage berkapasitas 10.000 TEUs dan berbobot 95.263 gross ton yang melayani rutin rute Priok ke West Coast AS.
“Jaringan pelayaran menjadi salah satu kunci di industri terminal peti kemas dunia. Semakin banyak jalur pelayaran langsung ke negara-negara tujuan, maka akan mendorong kinerja terminal peti kemas semakin maksimal,” ujarnya.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengharapkan, JICT bisa membangun ekosistem dengan melibatkan semua pihak baik pengguna jasa pelabuhan maupun pemilik barang.
“Saya lihat Hutchison sebagai operator di Laem Chabang Port Thailand bagus membangun ekosistemnya sehingga mestinya di sini [ekosistem] juga bisa dibangun,” kata Yukki.