Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Lifting Migas, Dwi Soetjipto: Rokan Harus diisap-isap, Cepu Langsung Nyembur

PT ExxonMobil Cepu Limited mencapai kinerja produksi siap jual (lifting minyak dan gas bumi maksimal sebesar 220.000 barel per hari (bph) dari Blok Cepu, sementara PT Chevron Pacific Indonesia mencetak 197.000 bph dari Blok Rokan pada posisi Maret 2019.

Bisnis.com, JAKARTA--PT ExxonMobil Cepu Limited mencapai kinerja produksi siap jual (lifting minyak dan gas bumi maksimal sebesar 220.000 barel per hari (bph) dari Blok Cepu, sementara PT Chevron Pacific Indonesia mencetak 197.000 bph dari Blok Rokan pada posisi Maret 2019.

Untuk ExxonMobil, capaian dari Cepu sudah melebihi target lifting migas yang dipatok sebesar 216.000 bph. Begitu juga dengan Chevron yang masih berada di atas target APBN 2019 sebesar 190.000 bph, meski kinernya menurun dari tahun lalu.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan Blok Rokan memang sedang mengalami penurunan. Padahal blok migas legendaris ini pernah mencetak lifting sebesar 700.000 bph.

"Tetapi bukan berarti wilayah kerja Rokan tidak memiliki opportunity yang lain," katanya, Kamis (4/4/2019).

Saat ini, SKK Migas bersama dengan PT Pertamina (Persero) sedang berdiskusi mengenai pengembangan area-area yang selama ini belum dikerjakan di Rokan. Dwi optimistis ada hasil baik atas kajian tersebut, apalagi setelah melihat temuan cadangam gas di Sakakemang oleh Repsol.

"Nah ini kami harapkan demikian juga. Insyaallah masih ada itu, tetapi dari proses yang lama seperti itu," tambahnya.

Exxonmobil Cepu Limited 220.000 bph di atas target ABPN 2019 sebesar 216.000 bph menjadi KKKS teratas yang mencatatkan kinerja lifting migas hingga Maret 2019 (year to date). Di bawah ExxonMobil diikuti E, Chevron Pacific Indonesia 197.000 bph di atas target 190.000 bph, dan Pertamina EP 78.000 bph di bawah target 85.000 bph.

Di sisi lain, KKKS teratas yang mendulang lifting gas terbesar adalah BP Berau sebesar 181.000 boepd atau di bawah target APBN 2019 sebesar 188.000 boepd. Urutan kedua ConocoPhillips Grissik 146.000 boepd di atas target sebesar 145.000 boepd dan Pertamina EP 139.000 boepd atau di bawah target sebesar 145.000 boepd.

Melihat kinerja ExxonMobil di Cepu, Dwi mengatakan hal tersebut terjadi karena cadangan migasnya masih besar dan sudah mencapai produksi maksimal (full scale).

"Cadangan masih besar sehingga hanya dilubangi sudah nyembur. Kalau di Rokan [harus] diisap-isap," tambahnya.

Terpisah, Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan atas capaian lifting migas hingga Maret 2019, pihaknya telah melakukan pengeboran 22 sumur dan sedang berjalan 9 sumur pengembangan.

"Sumur eksplorasi selesai 3 sumur, discovery 2 dan 1 sumur dry hole," katanya, ketika dihubungi Bisnis.com.

Sepanjang Kuartal I/2019, anak usaha Pertamina ini telah menggelontorkan investasi senilai US$145 juta.

Sementara itu, Staf Pengajar Ilmu Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengatakan adanya decline rate yang melebihi perkiraan dikarenakan aktivitas pengeboran untuk mempertahankan produksi menurun.

Hanya saja, terkait decline rate, Agung menganggap banyak kalkulasi teknis di dalamnya, sehingga tidak sederhana.

"Decline kan dapat dikurangi lajunya dengan memperbanyak sumur," katanya.

SKK Migas mengakui faktor yang dihadapi dalam operasi lifting migas kuartal I/2019 adalah terjadinya decline rate yang lebih tinggi dari perkiraan awal pada akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper