Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah upaya pemerintah memacu realisasi perhutanan sosial, sisi penyerap atau offtaker dari produk yang dihasilkan melalui program tersebut masih menyisakan pekerjaan rumah.
Bagus Herudojo Tjiptono, Direktur Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat (BUPSHA) Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PSKL KLHK) menyampaikan saat ini pihaknya sedang menggenjot pemasaran produk perhutanan sosial dengan membuat inventarisasi data offtaker yang cocok menyerap produk tersebut.
“Kami sedang gencar mendata offtaker, supaya jangan sampai produk yang dibuat oleh Kelompok Tani Hutan [Perhutanan Sosial] itu tidak laku dijual, makanya kami lihat offtakernya itu apa dan kami tawarkan [produknya],” kata Herudojo kepada Bisnis, baru-baru ini.
Herudojo mengatakan tantangan utama untuk menarik offtaker adalah terkait ketersediaan, kualitas dan kontinuitas dari produk yang dihasilkan oleh para kelompok usaha tani sosial (KUPS).
Oleh karena itu, Herudojo menambahkan pihaknya juga sedang mendata potensi produksi per komoditas yang dihasilkan oleh para KTH. Hal tersebut dilakukan agar ke depan jelas seberapa besar kemampuan KTH memenuhi permintaan dari offtaker yang akan menyerap hasil produk mereka.
“[Pendataannya] belum selesai. Jadi [kami data] mulai dari jenis produknya, apakah itu barang mentah, barang setengah jadi atau barang jadi, terus potensi produksinya berapa,” lanjutnya.
Baca Juga
Herudojo mengakui pihaknya juga sudah melakukan pertemuan-pertemuan dengan beberapa korporasi yang tertarik untuk menjadi offtaker dari produk perhutanan sosial seperti Kimia Farma, PT Pemalang Agro Wangi, PT HRL Internasional, dan PT Bio Hutanea.
“[Korporasi] itu juga mau menampung produk-produk perhutanan sosial, seperti [Kimia Farma] mau [menyerap] produk tanaman obat dan sebagainya,” kata Herudojo.
Herudojo mengakui produk-produk perhutanan sosial juga sudah ada yang diserap oleh korporasi dan badan usaha milik negara seperti Nestle yang menyerap hasil produksi susu perah di LMDH Wono Lestari, Lumajang.
LMDH Wono Lestari sendiri tercatat sebagai salah satu KTH Perhutanan Sosial yang cukup sukses, mereka memiliki 804 ekor sapi, dengan rata-rata produksi hasil susu perahnya per hari sekitar 5.200 liter sapi.