Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi yang rendah pada awal tahun ini tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap konsumsi masyarakat.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter R. Abdullah mengungkapkan inflasi yang rendah pada tiga bulan terakhir disebabkan oleh penurunan harga pangan.
"Dalam hal ini faktor ketersediaan supply saya kira dominan. Kebijakan pemerintah menjaga supply bahan makanan serta hasil panen menyebabkan inflasi yang rendah," ujar Piter, Senin (01/04/2019).
Di sisi permintaan, Piter tidak melihat adanya lonjakan. Bahkan, dia melihat permintaannya masih rendah. Alhasil, kombinasi permintaan yang belum kuat dan pasokan yang terjaga menghasilkan inflasi yang rendah.
Piter memperkirakan permintaan yang masih rendah ini disebabkan oleh tidak adanya kenaikan signifikan dari daya beli masyarakat berpendapatan rendah, sementara masyarakat pendapatan menengah dan atas cenderung menahan konsumsi.
"Jadi inflasi yang rendah saya perkirakan tidak akan mendorong konsumsi." Menurut Piter, kenaikan konsumsi akan terjadi apabila kelompok bawah mendapatkan tambahan pendapatan dan kelompok menengah atas tidak lagi menunda konsumsinya.
Dia melihat kondisi ini baru bisa terjadi pada kuartal II/2019, terutama saat Ramadan dan Lebaran karena momentum itu diwarnai oleh kenaikan gaji PNS dan THR.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan konsumsi diperkirakan akan tetap stabil dan solid di kisaran 5,0%-5,1% seiring dengan inflasi yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil.
"Dengan terkendalinya inflasi, maka indeks kepercayaa konsumen diperkirakan masih akan tumbuh positif dan daya beli masyarakat meningkat," kata Josua.
Dengan demikian, dia yakin konsumsi akan tetap tumbuh baik. Selain itu, dia yakin kegiatan Pileg dan Pilpres yang serentak akan mendorong pertumbuhan konsumsi pada semester I/2019.
Adapun, puncak inflasi diperkirakan akan terjadi pada Ramadan dan Lebaran Mei-Juni mendatang, serta tahun ajaran baru sekolah pada Juli.