Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyebut China sebagai pemberi utang terbesar terhadap BUMN Indonesia.
Dia membantah informasi bahwa Negeri Panda menjadi menjadi pemberi utang terbesar bagi Pemerintah Indonesia. Namun, seperti dilansir dari Tempo, Jumat (29/3/2019), Faisal menyebutkan jika China merupakan pemberi utang paling besar bagi BUMN Indonesia.
"Enggak benar kalau China kasih utang terbesar ke Indonesia, itu ngawur. Tapi, yang benar, China memang kasih utang terbesar ke BUMN," paparnya dalam diskusi yang diadakan Aliansi Pengusaha Nasional di Restoran Batik Kuring, SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (28/3).
Bank Indonesia (BI) mencatat ada dana sekitar US$182,45 miliar, sekitar Rp2.662 triliun (asumsi kurs Rp14.590 per dolar AS), yang digelontorkan negara-negara kreditur kepada Indonesia hingga akhir Juni 2018. Nilai tersebut meningkat dari posisi Juli 2017, yang sebesar US$176,61 miliar atau sekitar Rp2.576 triliun.
Lima negara kreditur terbesar Indonesia per semester I/2018 adalah Singapura, Jepang, China, AS, dan Hong Kong. Singapura memberi pinjaman sebesar US$55,67 miliar, Jepang US$28,66 miliar, China US$16,32 miliar, AS US$15,43 miliar, dan Hong Kong US$13,26 miliar.
Faisal juga meminta utang Indonesia dilihat dengan benar. Dia menerangkan secara rasio, Indonesia masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain.
Dari data tradingeconimics.com, rasio utang Indonesia terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hanya 28,7% per 2017. Sementara itu, Jepang 253%, AS 105,4%, dan India 68,7%.
Namun, Faisal menyatakan pembayaran bunga utang Indonesia terus naik setiap tahun. Dia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menyebutkan bahwa utang luar negeri Indonesia mencapai Rp3.942 triliun per 2017, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3.467 triliun.
Bunga utang juga disebut naik hingga Rp217 triliun.
Kepemilikan Surat Utang Negara (SUN) yang 60% di antaranya dimiliki oleh investor asing juga menjadi perhatian. Faisal menyinggung Jepang yang rasio utang terhadap PDB-nya tinggi tapi lebih banyak berutang kepada rakyat sendiri.
Kondisi ini juga disebut diperparah dengan bunga utang Indonesia yang mencapai 20%. Angka tersebut lebih tinggi dari Jepang yang sebesar 10%, maupun India dan Thailand yang hanya 4%.
"Jadi kalau negara lain lebih banyak bayar bunga ke rakyat sendiri, kita bayar ke luar negeri," ucapnya.