Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Usulkan Pembentukan HPP Rempah

- Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) menilai ada baiknya pemerintah juga memberlakukan sistem harga pokok produksi (HPP) terutama untuk komoditas rempah.
Petugas menyortir rempah-rempah di Pusat Saintifikasi dan Pelayanan Jamu (PSPJ) di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Harviyan Perdana Putra
Petugas menyortir rempah-rempah di Pusat Saintifikasi dan Pelayanan Jamu (PSPJ) di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Harviyan Perdana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) menilai ada baiknya pemerintah juga memberlakukan sistem harga pokok produksi (HPP) terutama untuk komoditas rempah.

Dewan Pengawas Gaperindo Gamal Nasir mengatakan untuk mencegah petani rempah mengkonversi lahannya ke komoditas lain. Maka ada baiknya pemerintah menetapkan HPP rempah-rempah semisal lada, kayu manis dan pala.

"Untuk masalah konversi, harga harusnya diperhatikan pemerintah. Bentuk skema HPP, itu bisa saja diatur kalau pemerintah mau," katanya pada Senin (25/3). Dengan begitu pada saat harga turun di bawah HPP pemerintah turun untuk menyalurkan subsidi sehingga konversi lahan tidak terjadi. Maka itu pemerintah, lanjutnya, perlu menyusun kebijakan tersebut pada APBN.

Gamal mengatakan Vietnam dan Thailand saja berani melakukan hal itu untuk komoditas perkebunan unggulan seperti karet. Dimana ketika harga anjlok pemerintah melakukan penetrasi supaya harha terkerek naik.

Menurutnya Indonesia berpotensi melakukan hal serupa bila kebijakannya mendukung. Apalagi, rempah telah menjadi komoditas unggulan sejak abad 17 sebelum kelapa sawit dan karet menjadi primadona devisa.

"kita djajah belanda karena rempah, itu harusnya diberdayakan kembali. Rempah kita harus jaya kembali sesuai dengan yang kemarin dicanangkan presiden," katanya. Selama ini, lanjutnya, pemerintah kerap membantu dalam hal perbenihan. Alangkah baiknya itu disertakan dengan pendampingan kepada petani agar kualitas produksi meningkat. Alhasil mutu produksi diakui sebagai yang terbaik di dunia internasional.

"Yang kita produksi sekarang hasil varietas pengembangan sudah lama dari 20-30 tahun lalu. Pengembangan setelah itu sedikit, parsial dan tidak banyak. Tapi yang penting intensifikasi dan pendampingan," tegasnya.

Kalau pun tidak ada APBN yang bisa digunakan untuk mengintensifikasi lahan perkebunan rakyat. Gamal berharap pemerintah mau menjadi inisiator agar pelaku usaha dan petani menjalin kemitraan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper