Bisnis.com, JAKARTA — Pupuk Indonesia berencana meningkatkan kapasitas produksi pupuk NPK dari saat ini 3,1 juta ton menjadi 5,5 juta ton, meski konsumsi pupuk di dalam negeri diproyeksikan tidak banyak berubah.
Wijaya Laksana, Head of Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero), mengatakan bahwa perseroan memiliki rencana ekspansi tahun ini, antara lain pembangunan pabrik NPK di Palembang, Lhokseumawe, Bontang dan Cikampek dalam rangka peningkatan kapasitas produksi NPK.
"Dengan ekspansi ini, kapasitas terpasang pupuk NPK bakal naik dari 3,1 juta ton menjadi 5,5 juta ton," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (26/3/2019).
Lebih jauh, dia menyebutkan beberapa tantangan bagi industri pupuk nasional antara lain kesiapan menghadapi pasar bebas dan bagaimana meningkatkan efisiensi.
“Pupuk Indonesia berupaya memperbesar penetrasi pasar pupuk nonsubsidi, terutama untuk NPK. Kami saat ini sedang bangun pabrik untuk pasar komersial selain untuk subsidi,” kata Wijaya.
Dia memproyeksikan konsumsi pupuk dalam negeri sepanjang tahun ini diperkirakan tidak jauh beda dari realisasi 2018 karena alokasi pupuk subsidi pemerintah.
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), sepanjang 2018 konsumsi urea tumbuh 5% dari 5,97 juta ton menjadi 6,27 juta ton, sedangkan konsumsi NPK naik 7,88% dari 2,60 juta ton menjadi 2,80 juta ton.
Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2018 tertuang bahwa alokasi pupuk subsidi pada tahun ini 8,874 juta ton dengan perincian urea 3,825 juta ton, SP-36 sebanyak 779.000 ton, ZA sebanyak 996.000 ton, NPK sebanyak 2,326 juta ton, dan organik sebanyak 948.000 ton. Sementara itu, alokasi pupuk subsidi pada tahun lalu sebesar 9,55 juta ton.
“Proyeksi konsumsi pupuk dalam negeri tahun ini tidak banyak berubah dari tahun lalu karena subsidi juga tidak berubah signifikan,” ujarnya.
Terkait dengan permintaan global, sepanjang 2018 ekspor pupuk dari Indonesia tercatat naik 48,88% dari 766.864 ton menjadi 1,141 juta ton. Wijaya menilai kenaikan ini salah satunya didorong oleh beberapa pabrik pupuk di luar negeri sedang mengalami perbaikan, seperti di China, sehingga permintaan ke Indonesia bertambah.
“Untuk tahun ini, Pupuk Indonesia belum bisa memperkirakan kondisi ekspor karena kami hanya boleh ekspor kalau dalam negeri sudah terpenuhi,” jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor pupuk pada 2019 meningkat seiring tercukupinya kebutuhan pupuk dalam negeri. Achmad Sigit, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin mengatakan stok pupuk sudah aman untuk tahun ini. Jumlah pupuk urea juga lebih banyak, sehingga ekspor masih bisa digenjot.
Kemenperin berencana menggenjot ekspor pupuk berbasis NPK seiring berkembangnya tren konsumsi pupuk jenis tersebut. Sigit pun menjelaskan pupuk berbasis urea akan dijaga tetap stabil.
"Ada jenis yang meningkat dan ada jenis yang tidak meningkat. Jadi yang berbasis urea kami upayakan tetap, tetapi yang meningkat nanti di NPK karena ada tren peralihan ke sana. Saat ini ada beberapa investasi yang akan mulai NPK," ujarnya.