Bisnis.com, SURABAYA - Dampak perubahan ekonomi daerah dari pembangunan infrastruktur seperti Trans Jawa yang digencarkan pemerintah dalam 4,5 tahun terakhir ini diperkirakan bakal terlihat dalam waktu 8-10 tahun ke depan.
Pengamat Ekonomi atau Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Surabaya, Suyanto,mengatakan pembangunan infrastruktur merupakan investasi jangka panjang sehingga dampak perubahan ekonominya pun akan terjadi secara bertahap untuk waktu yang lama.
"Seperti jalur Tran Jawa ini, kalau dilihat jangka menengah mungkin 8 -10 tahun ke depan bisa kita lihat perubahan riilnya, sedangkan jangka pendek yang kelihatan hanya biaya transportasi lebih murah, dan efisiensi," katanya sesuai menjadi pembicara dalam East Java Economic Forum, Senin (25/3/2019).
Menurutnya, pembangunan infrastruktur akan mendorong masyarakat untuk punya akses, apalagi masyarakat terutama anak muda milenial cenderung ingin punya usaha sendiri seperti startup dan inkubator akan lebih membutuhkan akses transportasi dengan perhitungan biaya yang tidak terlalu mahal.
Dia melanjutkan, dampak yang bakal terlihat dari keberadaan infastruktur tersebut adalah munculnya sentra-sentra industri baru, mulai dari sentra industri mikro, kecil, menengah dan besar. Bahkan di wilayah timur seperti Banyuwangi saat ini sudah terjadi perubahan ekonomi karena dukungan infrastruktur bandara dan pelabuhan.
"Saya rasa pertumbuhan ekonomi kita tidak hanya membutuhkan peran pemerintah, tapi juga swasta dan akademisi bersama-sama ikut membangun perekonomian Jatim dan Indonesia secara keseluruhan," imbuhnya.
Suyanto menambahkan keberadaan Trans Jawa sendiri ke depan akan menemukan titik keseimbangan, yang berarti jalur tengah yang dulu masih akan tetap dilewati oleh masyarakat dan kalangan industri sesuai dengan kebutuhannya.
"Infrastruktur yang dibangun pemerintah adalah jalur alternatif, tentu saja tidak akan meniadakan yang sudah ada. Masyarakat bisa memilih mau lewat yang mana, bergantung tujuanya, jarak tempuh yang lebih dekat dan murah yang mana," ujarnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan keberadaan Trans Jawa terutama di wilayah Jatim hingga saat ini belum terlihat dampaknya secara signifikan karena masih terlalu baru.
"Kami belum punya data untuk melihat dampak Tran Jawa ini. Mungkin tahun depan baru bisa terlihat data pertumbuhan daerah sekitarnya," katanya.
Terpisah, Corporate Communications Departement Head PT Jasa Marga (Persero), Irra Susiyanti menyebutkan sebelum jalur Trans Jawa tersambung (November 2018), jumlah volume lalu lintas jalan tol yang dikelolanya mencapai sekitar 621.557 per hari.
"Setelah Trans Jawa tersambung pada 6-12 Januari 2019, total volume lalu lintasnya naik menjadi rata-rata 660.567 per hari," katanya.
Namun, lanjutnya, setelah dilakukan pemberlakuan tarif Trans Jawa (22-28 Januari 2019), total volume lalu lintas menurun menjadi rata-rata 632.134 per hari.