Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian akan menggenjot produksi gula industri pada tahun ini. Beberapa cara yang ditempuh kementerian adalah pembatasan impor gula industri dan insentif pendirian pabrik pengolahan gula di luar pulau Jawa.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan sehingga terpaksa kekurangan dipenuhi melalui impor. Kementerian mencatat produksi gula berbasis tebu hingga akhir tahun lalu mencapai 2,17 juta ton, sedangkan kebutuhan gula nasional mencapai 6,6 juta ton.
"[Kesenjangan terjadi ] terutama [pada produk] raw sugar atau gula kristal mentah untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/3/2019).
Airlangga menambahkan saat ini produksi gula nasional ditopang oleh 48 pabrik gula milik badan usaha milik negara (BUMN), dan 17 pabrik gula milik swasta. Sementara itu, sebanyak 12 pabrik baru yang akan didirikan di Jawa dan luar Jawa akan diberikan insentif oleh pemerintah.
Di sisi lain, Airlangga mengemukakan kementerian telah berupaya menekan volume impor. Izin kuota impor gula industri pada tahun ini turun 22,22% menjadi sekitar 2,8 juta ton dari realisasi impor pada tahun lalu sebanyak 3,6 juta ton.
Menurutnya, pemotongan kuota pada tahun ini disebabkan oleh ketersediaan stok gula impor sekitar 1 juta ton di gudang-gudang industri.
Guna menekan volume impor, ujarnya, Kementerian juga aktif mendorong investasi industri gula terintegrasi dengan kebun dengan menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula.
Airlangga mengutarakan bahwa total investasi sejak 9 tahun terakhir mencapai Rp30 triliun. Investasi tersebut mencakup 12 pabrik gula baru, termasuk dua pabrik gula akan beroperasi pada 2019-2020, serta satu pabrik gula yang sudah melakukan perluasan.
Kementerian mencatat kebutuhan gula kristal rafinasi (GKR) atau gula mentah yang telah mengalami proses pemurnian untuk sektor industri makanan dan minuman (mamin) serta industri farmasi meningkat setiap tahun. Kebutuhan GKR naik sekitar 5%--6% per tahun atau mengikuti pertumbuhan industri mamin dan farmasi yang tumbuh di atas 7 % per tahun.
Airlangga berujar bahwa industri mamin tumbuh 7,91%, sedangkan industri farmasi tumbuh 7,51% pada kuartal I/2018. Kementerian memproyeksikan pertumbuhan kedua sektor tersebut di atas 7%--8% pada akhir tahun ini.
Menurut Airlangga, petani tebu dapat berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan gula nasional karena hasil tebu yang berkualitas akan menghasilkan rendemen gula yang tinggi. Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah perlu memberikan stimulus bagi petani tebu agar tidak beralih ke tanaman lain yang dikhawatirkan akan semakin menurunnya produksi gula nasional.