Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia mengusulkan agar perdagangan dan produktivitas komoditas teh nasional perlu menjadi perhatian lantaran masih tingginya bahan baku impor yang masuk.
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan produktivitas teh nasional harus ditingkatkan karena secara ekonomis komoditas hasil perkebunan merupakan salah satu unggulan. Apalagi luas perkebunan rakyat mencapai 46% dari total perkebunan teh yang ada.
Sayangnya, ditengah produktivitas perkebunan teh rakyat yang perlu terus didorong, volume impor teh berkualitas rendah justru menjadi pilihan konsumsi dalam negeri.
“Kami akan kaji betul, karena maraknya impor ini dampaknya akan terasa kepada para pelaku agribisnis perkebunan teh. Bukan hanya perkebunan rakyat, tapi juga perkebunan milik negara dan swasta,” kata Rosan dalam diskusi kebijakan pembangunan industri teh indonesia berkelanjutan, Rabu (13/3/2019).
Dia mengatakan, teh impor berkualitas rendah banyak digunakan sebagai bahan campuran dengan teh Indonesia untuk kemudian dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri. Menurutnya hal tersebut dapat menurunkan kualitas teh Indonesia yang selama ini merupakan teh terbaik dunia.
“Kebijakan bea masuk bagi teh, yang saat ini 20% mungkin perlu ditinjau kembali, dan kalau masih memungkinkan bisa ditingkatkan bea masuknya. Untuk mengurangi impor teh berkualitas rendah, kami juga mempertimbangkan usulan terkait penerapan persyaratan non tarif barriers seperti Halal, wajib SNI, dan lainnya,” tambahnya.
Di sisi lain, ekspor teh Indonesia ke Eropa masih terkendala dengan ketatnya persyaratan, misalnya dengan pengenaan MRL tertentu mengenai kandungan Anthraquinon yang harus 0,02 %. “Perlu diperkuat lobi dengan Eropa, demikian halnya dukungan pendekatan diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah. Terkait hal ini dari sisi Kadin berperan melalui misi-misi dagang,” kata Rosan.
Lebih jauh, dia juga mengatakan investasi pada industri teh Indonesia perlu didorong baik di hulu maupun di hilir. Dunia usaha berharap pemerintah dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan kredit yang relatif murah dengan prosedur yang relatif mudah.
Terutama untuk perbaikan kebun, termasuk replanting dan pemeliharaan tanaman, penggantian tanaman tua dengan klon-klon teh unggul yang produktivitasnya bisa mencapai 2,5-5 ton/Ha/Tahun, serta untuk pengolahan dengan modernisasi atau penggantian mesin-mesin tua.