Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Stok Sereal Global Direvisi Turun, Gandum dan Jagung Penyebabnya

Organisasi Pangan Dunia (FAO) memproyeksi stok sereal global 2019 akan lebih rendah menjadi 766,5 juta ton. Volume ini turun dari proyeksi yang dilakukan pada Februari sebanyak 772,2 juta ton.
Ilustrasi/Artisanfoodandlaw
Ilustrasi/Artisanfoodandlaw

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Pangan Dunia (FAO) memproyeksi stok sereal global 2019 akan lebih rendah menjadi 766,5 juta ton. Volume ini turun dari proyeksi yang dilakukan pada Februari sebanyak 772,2 juta ton.

Berdasarkan proyeksi ini, rasio utilisasi sereal global (stok untuk digunakan) pada 2018/2019, yang tampak jatuh dari 30,5% pada 2017/2018 ke 28,3% pada 2018/2019, masih merepresentasikan level yang relatif nyaman.

Mengutip laman resmi FAO, Sabtu (9/3/2019), revisi yang lebih rendah itu terutama dilakukan pada gandum dan jagung, sedangkan stok jelai (barley) dan beras pada akhir tahun diperkirakan meningkat dari laporan sebelumnya.

Penurunan stok jagung yang lebih tajam di belahan Bumi selatan dan Amerika Serikat juga menekan stok biji-bijian secara keseluruhan pada 2018/2019 hampir 11%.

Mengikuti revisi ke bawah stok gandum di beberapa negara Asia dan Argentina, total cadangan gandum diperkirakan menurun hampir 4%. Sebaliknya, stok beras global diperkirakan naik 3% mencapai rekor tertinggi baru, dengan India dan China memimpin penambahan stok.

FAO juga memperkirakan perdagangan sereal dunia pada 2018/2019 lebih rendah 2 juta ton ke sekitar 413 juta ton. Di antara sereal utama, proyeksi perdagangan gandum dunia terpangkas paling banyak, sekitar 800.000 ton, karena permintaan beberapa negara Asia dan AS yang melemah.

Harga jagung naik paling tajam di antara sereal utama, digerakkan oleh penawaran ekspor yang lebih tinggi dari AS karena kekhawatiran akan gangguan pengapalan.

Namun, harga gandum jatuh di bawah tekanan pelemahan pembelian. Sementara panen gandum di belahan Bumi utara masih dorman, proyeksi perdana produksi gandum dunia oleh FAO dipatok 757 juta ton, 4% di atas angka 2018, tetapi lebih rendah dari produksi 2017.

Adapun indeks harga beras FAO bergeming sejalan dengan permintaan yang melambat karena tertekan penawaran beras Indica, mengimbangi kenaikan yang terus berlanjut di pasar Japonica.

Untuk biji-bijian, panen pada 2019 di negara-negara belahan Bumi selatan akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan, sedangkan musim tanam di belahan utara akan tiba Mei.

Pada saat yang sama, FAO memangkas estimasi produksi sereal global 2018 menjadi 2.609 juta ton, turun 2,8 juta ton dari Januari. Revisi terbaru didasari estimasi yang lebih rendah pada panen jagung Amerika Serikat dan semakin kuatnya penurunan produksi secara tahunan sereal global.

Produksi beras global pada 2018 diproyeksi 515 juta ton, naik 1,6% dari 2017 dan merepresentasikan posisi paling tinggi selama ini. Proyeksi terbaru ini naik 800.000 ton dari estimasi Februari, terutama karena revisi estimasi produksi historis Nigeria. Produksi beras juga naik di Kolombia dan Amerika Serikat karena produktivitas yang lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper