Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Budi Daya Udang Masih Dihantui Sejumlah Penyakit

Serangan penyakit masih menghantui kegiatan budi daya udang nasional.
Udang vaname/Antara-Syifa Yulinnas
Udang vaname/Antara-Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA- Serangan penyakit masih menghantui kegiatan budi daya udang nasional.

Ketua Harian Shrimp Club Indonesia (SCI) Hardi Pitoyo menyebutkan saat ini ada sejumlah jenis penyakit yang berpotensi mengintai dan mengganggu budidaya udang seperti white spot, white feces syndrome, dan AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease) yang menyerang udang udang pada tahap larva.

“Diduga penyakit ini akan berimbas apabila dibiarkan. Sudah ada 2 negara yang kena,” ujarnya,  baru-baru ini.

Untuk itu, dia meminta agar semua pihak bisa bekerja sama mencari solusi untuk mengatasi seragan wabah penyakit ini. Menilik data yang disajikan SCI, saat ini produksi udang Indonesia masih kalajh dari India, Ekuador dan Vietnam yang mengalami peningkatan produksi udang sejak 2016 hingga 2018.

Selain wabah, adapula sejumlah masalah lain yang menurutnya berpotensi menghabat pertumbuhan produksi udang sepeti peraturan daeah yang berbeda satu sama lain, benturan dengan kepentingan lain nseperti wisata dan transportasi laut khususnya di wilayah pesisir, serta lamanya proses perizinan khususnya terkait lingkungan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Arik Hari Wibowo menyebutkan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi udang dan mencegah persebaran penyakit adalah dengan menerapkan sistem klasterisasi di tambak-tambak udang.

“Kita sedang kembangkan di beberapa tempat konsep-konsep tambak klaster. Tujuannya adalah meminimalkan serangan dan penyebaran penyakit,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Hal ini, salah satunya telah diterapkan di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. Tambak, tambak yang tadinya berukuran besar hingga 5 hektare (ha) per kolam diubah menjadi bersekat-sekat.

Dengan adanya penyekatan, maka proses seperti keluar masuk air dan pemisahan udang diatur sedemikian rupa.

Selain itu, untuk perikanan budidaya secara umum, pihaknya juga menyediakan bantuan berupa ekskavator, pengelolaan irigasi, pakan, bantuan benih, asuransi, dan lain-lain.

Di samping itu, guna memenuhi standar dari pasar ekspor, adapula sejumlah sertifikat seperti cara budidaya ikan yang baik (CBIB), Cara Perbenihan Ikan yang Baik (CPIB)dan sejumlah sertifikasi lainya.

Saat ini, untuk mempermudah proses sertifikasi tersebut, pemerintah pun akan meluncurkan IndoGap yang menyatukan keseluruhan sertifikasi tersebut.

Kendarti demikian, dia mengingatkan agar masyarakat bisa tetap konsisten menjalankan praktik-praktik budidaya yang sesuai standar berlaku agar kualitas dan kuantitas produksi udang bisa terus terjaga.

“Hal penting adalah komitmen. Kadang, masyarakat hanya ingin mendapatkan sertifkat saja tapi realisasi kenyataan di lapangan sangat berat,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper