Bisnis.com, JAKARTA— China dan Eropa dinilai sebagai pasar menjanjikan bagi produk udang dalam negeri menyusul masih kecilnya ekspor dari Indonesia ke dua negara tesebut.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyebutkan dari total pasar udang Eropa yang mencapai 650.000 ton per tahun, pangsa pasar Indonesia masih cukup kecil yakni sebesar 1,2%.
Adanya rencana kerja sama dagang antara kedua belah pihak menurutnya menjad salah satu celah yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan ini.
“Kalau menurut saya, ini masih bisa ditingkatkan. Apalagi, Indonesia sekarang akan menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Kalau itu ditandatangani, lumayan, kita nggak kena biaya masuk sekitar 5%,” ujarnya.
Selain Eropa, ada pula negeri tiara bambu dengan serapan impor udang per tahun mencapai 400.000 ton. Saat ini, Indonesia baru bisa mengisi 2% dari kebutuhan impor tersebut.
“China yang dulu produsen udang terbesar di dunia sampai sekarang ternyata impornya ini 400.000 ton,” ujarnya.
Namun demikian, dia mengkui bahwa Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan China lantaran permintaan produk yang spesifik yakni ukuran produk yang besar dengan harga yang murah.
Adapun selama ini, AS menjadi pasar ekspor udang terbesar Indonesia. Kendati demikian, dari total kebutuhan sekitar 700.000 ton per tahun, Indonesia baru bisa mensuplai 17,1% atau 118.279,55 ton, lebih kecil dari kemampuan India yang mencapai 32,22% atau 214.410,45 ton.
Sementara itu, untuk pasar Jepang yang juga menjadi salah satu tujuan ekspor utama produk udang Indonesia, Budhi tak menaruh banyak harap. Pasalnya, pasar Jepang saat ini dinilai telah memasuki titik jenuh atau staganan. Indonesia pun tercatat memenuhi 16% dari seluruh impor udang Jepang yang mencapai 200.000 ton per tahun.