Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah narasumber mengabarkan bahwa Kuwait bersama China berencana menggalang dana sebesar US$10 miliar sebagai rencana awal kerja sama investasi kedua negara.
Negara teluk ini tengah mendiskusikan penggalangan dana Jalur Sutra Kuwait-China yang akan digunakan untuk proyek terkait dengan Silk City atau dikenal sebagai Madinat Al Hareer, serta pengembangan di pulau buatan manusia tersebut.
Menurut sejumlah sumber yang meminta untuk tidak diidentifikasi menyampaikan, dana ini juga dapat digunakan untuk investasi strategis di China dan daerah lain di bawah inisiatif "One Belt, One Road".
Khaled Mahdi, Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung Kuwait untuk Perencanaan dan Pengembangan, mengatakan Silk City dan pengembangan kawasan pulau buatan ini adalah proyek andalan dalam rencana pengembangan untuk wajah Kuwait yang baru pada 2035.
"Ada tiga hal yang harus dipersiapkan dalam proses realisasi proyek andalan ini, undang-undang zona ekonomi khusus, model keuangan sektor swasta, dan master plan," ujar Mahdi yang menolak untuk berkomentar lebih lanjut, seperti dikutip melalui Bloomberg, Minggu (3/3).
Pada kesempatan lain, Kementerian Keuangan China, Kementerian Luar Negeri China serta Komisi Pengembangan dan Reformasi china tidak memberikan respon terhadap pertanyaan yang dikirimkan.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa China dan Kuwait masing-masing akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan dana sekitar US$5 miliar.
Negeri Panda tresebut juga akan bekerjasama dengan mitra strategis dalam mengatur pembiayaan utang pengerjaan proyek ekonomi ini yang diperkirakan akan mengambil porsi sebesar US$30 miliar dari total dana investasi.
Di dalam proposal tersebut, para penyokong dana China dapat mengajak mitra kerja strategis untuk mengambil peran sebagai kontraktor dalam pengerjaan proyek investasi ini.
Sejumlah sumber lainnya mengatakan bahwa jumlah dana yang ditetapkan masih dalam tahap diskusi awal dan bisa saja berubah dari segi besar dana hingga target investasinya.
Seperti yang diketahui, Kuwait tengah mengembangkan wilayah utara negara mereka di tengah usaha untuk meningkatkan pemasukan dari pendapatan non-miyak dan mengubah dirinya menjadi pusat bisnis regional pada 2035.
Proyek Silk City, yang bernilai miliaran dolar dan telah direncanakan selama lebih dari satu dekade ini, adalah salah satu tujuan dari proyek pengembangan kawasan oleh pemerintah Kuwait.