Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terapkan Frontloading, Defisit APBN Januari Rp45,8 Triliun

Realisasi defisit anggaran di dalam APBN 2019 hingga akhir Januari 2019 tercatat senilai Rp45,8 triliun atau sebesar 0,28% dari produk domestik bruto (PDB)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 hingga 31 Januari di Jakarta, Rabu (20/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 hingga 31 Januari di Jakarta, Rabu (20/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—Realisasi defisit anggaran di dalam APBN 2019 hingga akhir Januari 2019 tercatat senilai Rp45,8 triliun atau sebesar 0,28% dari produk domestik bruto (PDB).

Defisit tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan defisit fiskal periode yang sama pada tahun 2018 senilai Rp37,7 triliun.

Defisit anggaran itu sementara terbentuk dari selisih antara pendapatan negara senilai Rp108,1 triliun dengan belanja negara Rp153,8 triliun.

Untuk menutup defisit anggaran tersebut, pemerintah merealisasikan pembiayaan anggaran senilai Rp122,5 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah menjalankan strategi frontloading dengan menghimpun pembiayaan sejak awal tahun anggaran.

"Frontloading dilakukan untuk mengantisipasi kondisi pasar, kami melihat ada kesempatan yang baik di Januari sehingga realisasi pembiayaan utang cukup signifikan Rp122,5 trilliun. Kami mengambil kesempatan yang favorable untuk menerbitkan surat utang global dengan jumlah signifikan untuk mengantisipasi ketidakpastian sepanjang 2019," ujarnya Rabu (20/2/2019).

Dirinya mengatakan kondisi global memberikan sejumlah tantangan bagi ekonomi Indonesia. Meskipun ekonomi Indonesia disebutnya berpeluang melanjutkan penguatan pertumbuhan ekonomi, berbagai resiko global dapat menggeser asumsi makro yang direncanakan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan laju pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia mengalami pelemahan. Kondisi tersebut dapat berpengaruh langsung terhadap perubahan asumsi kurs dan harga minyak.

"Meski ada optimisme atas pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun ada global downside risk memasuki 2019. Kami akan perhatikan terus dampaknya terhadap anggaran dari waktu ke waktu," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper