Bisnis.com, JAKARTA--Puluhan petani tebu menyampaikan sejumlah keluhan terkait dengan budidaya tebu hingga meminta kenaikan harga pokok pembelian (HPP) gula kepada Presiden Joko Widodo.
Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan petani tebu banyak mengalami kesulitan karena peredaran gula rafinasi yang seharusnya untuk segmen industri justru bocor ke segmen rumah tangga.
"Bapak perintahkan Bulog untuk perintahkan [serap] gula petani Rp9.700, tapi ini masih di bawah BPP [Biaya Pokok Produksi] kami Rp10.500. Apa yang dilakukan Bulog belum menyentuh seluruh petani karena yang dibeli Bulog hanya petani yang tebunya digiling di BUMN," katanya dalam kegiatan Silaturahmi Presiden dengan Para Petani Tebu Tahun 2019 di Istana Negara, Rabu (6/2/2019).
Tak hanya itu, dia juga meminta percepatan proses revitalisasi pabrik gula di seluruh Indonesia. Pasalnya, dari sekitar 60 pabrik gula yang ada, 50 diantaranya dimiliki oleh BUMN dan mesin-mesin yang dipakai sudah berumur puluhan tahun.
"Pabrik gula yang tidak efisien telah ditutup satu per satu dengan harapan petani bisa beralih ke pabrik gula lain. Kami mohon sebelum ditutup, diberikan contoh dibangunnya pabrik gula yang baru dan modern. Sehingga keuntungan bisa kembali ke petani. Baru pas pabrik berdiri, pabrik yang lama bisa ditutup," jelasnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengapresiasi kedatangan puluhan petani tebu dari seluruh Indonesia sekaligus menyerap aspirasi secara langsung.
"Berbicara pada pelaku lebih cepat nangkep. Hal-hal seperti ini kalau gak bertemu langsung ya gak bisa nangkep," ujar Presiden.