Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Rumah Ekspatriat 2019 Melambat

Permintaan perumahan untuk ekspatriat tahun ini diprediksi melambat karena banyaknya kontrak jangka panjang pekerja luar negeri yang telah habis masanya, berbarengan dengan berkurangnya jumlah ekspatriat yang bekerja di sektor yang umumnya diisi oleh pekerja asing itu.

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan perumahan ekspatriat tahun ini diprediksi melambat karena banyaknya kontrak jangka panjang pekerja luar negeri yang telah habis masanya, berbarengan dengan berkurangnya jumlah ekspatriat yang bekerja di sektor yang umumnya diisi oleh pekerja asing itu.

Hasil dari penurunan jumlah ekspatriat ini membuat sebagian besar pemilik rumah, terutama yang memiliki rumah tapak untuk pribadi, memberikan kelonggaran dan memberikan harga yang lebih terjangkau dalam menyewakan huniannya.

Selain itu, pemilik lahan atau hunian juga kini siap sedia memberikan fasilitas yang tidak hanya hunian semata, tapi juga hiburan, renovasi rumah, dan perbaikan atau penggantian fitur yang ada di rumah.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengungkapkan bahwa meskipun ada banyak ekspatriat asal China, hal itu tidak berdampak besar pada pasar sewa hunian ekspatriat.

“Karena sebagian besar pekerja dari China datang ke Indonesia tanpa membawa keluarga, sehingga mereka lebih suka tinggal di apartemen milik perorangan atau kost yang dekat dengan tempat kerja meraka,” paparnya belum lama ini.

Namun, meskipun permintaan melambat, pasar apartemen yang dikelola oleh operator asing seperti Ascott, Frasers, atau Oakwood mempertahankan tarif sewa sesuai dengan harga global atau kantor pusat karena mereka tidak memiliki fleksibilitas ketika menetapkan harga lokal mereka yang lain.

“Agar tetap kompetitif, mereka mungkin akan menjadi lebih akomodatif dalam memberikan beberapa fasilitas seperti laundry, sarapan, atau penggunaan fasilitas tanpa biaya tambahan,” tambahnya.

Adapun, permintaan di pasar properti kelas atas yang mencakup kompleks perumahan dan beberapa perumahan milik pribadi tetap sehat. Hunian kelas menengah atas ini umumya diisi oleh pekerja kulit putih atau tingkat manajemen suatu perusahaan asing.

“Sedangkan yang mengisi hunian ekspatriat kelas atas biasanya kepala negara, diplomat, atau direktur eksekutif dari institusi finansial yang secara bujet masih mampu membayar,” paparnya.

Biasanya, imbuh Ferry, yang menyewakan hunian kelas atas ini juga orang-orang yang sudah kaya, sehiongga mereka tidak terlalu peduli jika hunian yang dimiliki sudah tersewa atau tidak. Sehingga, apabila harga sewanya terpaksa harus naik, mereka cenderung memilih propertinya tetap kosong daripada harus menurunkan harga.

Dari sisi lokasi, wilayah Jakarta Selatan masih belum tergantikan untuk lokasi strategis hunian para ekspatriat, karena menjanjikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan mereka mulai dari sekolah beraraf intarnasional, pusat hiburan, pusat perbelankaan, tempat golf, dan tempat menarik lainnya.

“Kami melihat lokasi lain yang bisa berpotensi jadi hunian ekspatriat ada di Bintaro, Bumi Serpong Damai [BSD], Karawang, dan Cikarang karena cukup dekat dengan tempat mereka bekerja juga,” kata Ferry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper