Bisnis.com, JAKARTA--Pengalihoperasian pesawat ATR 72-60 Garuda Indonesia kepada maskapai layanan minimum Citilink Indonesia bisa memberikan dampak penurunan biaya operasional yang signifikan terhadap maskapai pelat merah itu.
Sekretaris Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soedjatman mengatakan secara ideal pesawat jenis ATR memang lebih tepat dioperasikan oleh maskapai dengan layanan minimum (no frills). Bagi Garuda yang merupakan maskapai layanan penuh (full service), bisa menimbulkan biaya tambahan.
"Kedua maskapai tersebut memiliki perbedaan struktur biaya dan pendapatan. Additional services akan mengakibatkan additional costs, dan itu sangat memudahkan terjadinya cost overrun untuk pengoperasian pesawat sekelas ATR," kata Gerry, Selasa (8/1/2019).
Dia berpendapat cara tersebut akan cukup efektif jika utilitas ATR saat dioperasikan Citilink mampu maksimal. Dia berharap pesawat ATR yang masih digunakan oleh Garuda Explore bisa dilakukan spin-off menjadi maskapai sendiri atau dipindahkan seluruhnya kepada Citilink.
Namun, lanjutnya, yang harus dipikirkan oleh Citilink adalah soal nasib pilot maupun set kru Garuda yang mengoperasikan ATR. Perpindahan pesawat biasanya juga diikuti oleh set kru.
Gerry menilai pilot senior yang sudah lama mengabdi di Garuda belum tentu bersedia untuk berpindah ke Citilink. "Harus dilihat lagi kontrak kerja dan peraturan kerja bersamanya," ujarnya.
Citilink Indonesia akan mengoperasikan dua unit pesawat jenis ATR 72-600 milik Garuda Indonesia pada akhir Januari 2019. Kedua pesawat tersebut merupakan tahap awal dari total 16 unit ATR 72-600 milik induk usahanya yang akan dialihoperasikan.