Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) menilai peningkatan indeks manufaktur nasional (PMI) pada Desember 2018 didorong masuknya beberapa investasi besar di sektor petrochemical. Iklim investasi yang kondusif dinilai perlu dijaga untuk terus meningkatkan indeks tersebut.
Sekjen Inaplas Fajar Budiyono menjelaskan groundbreaking industri petrochemical seperti pada pabrik Chandra Asri dan Lotte berkontribusi besar pada peningkatan PMI akhir tahun lalu. Menurutnya investasi baru tersebut cukup signifikan memengaruhi PMI karena nilai investasi yang besar serta dapat menyuplai kebutuhan bahan baku industri plastik.
Meskipun begitu, menurutnya kondisi tersebut harus didukung dengan peraturan yang mendukung industri plastik. Fajar menyoroti rencana diberlakukannya Peraturan Daerah mengenai larangan penggunaan kantong plastik.
"Tiba-tiba di awal tahun kita dapat kado, ada Perda larangan plastik, padahal yang mendorong 5,21 [PMI] tadi itu petrochemical yang notabene supplier bahan baku plastik. Itu yang kami khawatirkan, apabila perda ini tidak segera ditertibkan tahun ini tidak akan terkoreksi," ujar Fajar kepada Bisnis, Rabu (02/01/2019).
Berdasarkan Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang dirilis pada Rabu (2/1/2019), pada Desember 2018 indeks manufaktur nasional berada di angka 51,2 atau naik dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Data indeks di atas 50 menunjukkan peningkatan, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan penurunan.
Secara umum, menurut Fajar tahun ini akan terdapat kenaikan permintaan plastik yang didorong penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres). Sektor makanan dan minuman yang memberi kontribusi terbesar pada industri manufaktur pun menurutnya akan turut meningkat, sehingga akan mendorong pertumbuhan industri.
Perkembangan infrastruktur pun menurut Fajar mendorong pertumbuhan industri melalui lancarnya distribusi. Kondisi tersebut menurutnya harus dijaga dengan peraturan yang pro industri, khususnya industri plastik.
Inaplas sendiri menurut Fajar optimistis bahwa industri plastik akan tumbuh positif pada 2019 dengan target pertumbuhan 5,2%. "Lagian juga cuaca kan banyak hujan, panen akan jauh lebih bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga daya beli [masyarakat] akan meningkat," ujar Fajar.
Untuk mendorong pertumbuhan tersebut menurutnya pemerintah perlu fokus pada pengelolaan sampah, sehingga persoalan lingkungan akan teratasi dan industri dapat berkembang.
"Di satu sisi kami mati-matian berusaha meningkatkan investasi, di satu sisi ada perda-perda yang tidak pro industri, padahal itu tidak menabrak undang-undang. Itu paling 6 bulan-1 tahun nanti akan dilema juga, sampahnya berganti dari sampah plastik ke sampah lain," tutupnya.