Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Makanan Minuman Berlabel Halal Bisa Diandalkan

Ekspor poduk makanan dan minuman berlabel halal ke Timur Tengah dan Afrika diyakini dapat memperbaiki kinerja ekspor makanan dan minuman yang menurun sekitar 5,41% hingga November tahun ini.
Pekerja di pabrik pengolahan makanan/JIBI
Pekerja di pabrik pengolahan makanan/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor poduk makanan dan minuman berlabel halal ke Timur Tengah dan Afrika diyakini dapat memperbaiki kinerja ekspor makanan dan minuman yang menurun sekitar 5,41% hingga November tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari Januari hingga November 2018, ekspor makanan dan minuman mencapai US$27,52 miliar, atau menurun sebesar 5,41% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$29,10 miliar.

Total ekspor makanan dan minuman itu dari Januari hingga November tahun ini terdiri dari ekspor industri makanan US$27,41 miliar yang menurun 5,45% dari tahun lalu yang mencapai US$28,99 miliar, sedangkan ekspor minuman sebanyak US$117,11 juta atau bertumbuh 2% dari tahun lalu yang mencapai US$113,80 juta.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan potensi produk makanan dan minuman berlabel halal untuk diekspor dan diterima di negara Timur Tengah dan Afrika dapat meningkatkan kinerja ekspor.

Selama ini, memang Indonesia telah melakukan ekspor makanan dan minuman halal ke wilayah tersebut tetapi jumlahnya tak begitu besar.

"Kami sudah ekspor ke Timur Tengah dan Afrika tapi ya masih sedikit karena mereka mempertanyakan produk halal kami apakah dari lembaga pemerintah atau bukan. Tapi syukurlah ada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang langsung di bawah Kementerian Agama," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (26/12/2018).

Tahun lalu, pertumbuhan ekspor makanan minuman mencapai sekitar 10% dari tahun ini. Sepanjang tahun ini, Adhi berharap ekspor makanan dan minuman dapat tumbuh positif. Di tahun 2019, diproyeksikan pertumbuhan ekspor makanan dan minuman dapat mencapai 5% hingga 10%.

Menurutnya, selama ini untuk melakukan ekspor produk ke Timur Tengah dan Afrika sangat sulit karena produknya harus berlabel halal dengan komposisi dan aturan sertifikasi halal yang harus dipenuhi.

"Terlebih memang bea masuk ke wilayah itu cukup besar, sekitar 30%, sehingga memberatkan pengusaha dan ekspor menjadi tak optimal ke wilayah itu. Ini yang menjadi tugas pemerintah untuk merundingkan dan memberikan insentif," kata Adhi.

Dia berharap dengan adanya kewajiban produk ekspor makanan dan minuman berlabel halal ini tak memberatkan  pertumbuhan pengusaha kecil dan menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper