Bisnis.com, HONG KONG--Pemerintah dinilai melakukan kesalahan dalam mengelola defisit transaksi berjalan yang membebani daya saing Indonesia.
Pakar ekonomi Lin Che Wei menuturkan kesalahan itu terkait dengan komunikasi yang dilakukan pemerintah terkait penyebab defisit transaksi berjalan ini.
"Pada tahun 80-an, Singapura mengalami defisit transaksi berjalan hingga -21%, namun tidak ada apa-apa," papar Lin Che Wei dalam BNI Economy & Investment Outlook 2019, Rabu (12/12).
Lin Che Wei menegaskan hal ini bisa terjadi karena Singapura bisa mengkomunikasikan dengan baik alasan membengkaknya defisit transaksi berjalannya.
Saat ini, dia mengungkapkan Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan karena pertumbuhan ekonominya yang bergairah.
Hal ini gagal disampaikan oleh pemerintah. "Kita tidak menjelaskan hal ini dengan baik kepada publik," ujarnya.
Akibatnya, defisit ini mengirimkan mixed signal kepada investor.
Ke depannya, dia melihat Indonesia memerlukan lebih banyak investasi langsung untuk mengatasi defisit transaksi berjalan ini.
Pada kuartal III/2018, defisit transaksi berjalan Indonesia tembus hingga 3,37% di atas batas yang sehat yakni 3% terhadap PDB.
Namun, Bank Indonesia (BI) meyakini pelebaran ini akan bisa ditekanan hingga di bawah 3% untuk keseluruhan tahun.
BNI Economy & Investment Outlook 2019 ini diadakan di BNI Gallery Hong Kong dan merupakan kerja sama dengan Kumparan dan Bisnis Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh 60 investor dan bankir dari Hong Kong.