Bisnis.com, JAKARTA — Belanja modal (Capital Expenditure/Capex) milik korporasi Jepang berhasil tumbuh selama 8 kuartal berturut-turut pada periode Juli—September 2018.
Namun demikian, kini lajunya terlihat turun tajam dan memunculkan kekhawatiran mengenai kekuatan aktivitas bisnis di Negeri Sakura di tengah-tengah terjadinya friksi perdagangan global.
Menurut data Kementerian Keuangan (MOF) Jepang yang dirilis pada Senin (3/12/2018), tingkat capex korporasi di Jepang tumbuh 4,5% pada kuartal III/2018 dari periode yang sama pada tahun lalu ditopang oleh pengeluaran di sektor kimia, mesin produksi, informasi, dan komunikasi.
Sementara itu, perolehan tersebut tampil jauh lebih rendah dari pada perkiraan ekonom sebesar 8,6% dan turun dari pencapaian pada kuartal sebelumnya sebesar 12,8%.
Adapun dengan mengecualikan produk perangkat lunak (software), capex Jepang turun 4,0% pada periode Juli—September dari kuartal sebelumnya dalam basis musiman yang disesuaikan (seasonally-adjusted basis), atau turun untuk pertama kalinya dalam 5 kuartal terakhir.
Selain data capex, Kemenkeu Jepang juga mengumumkan data laba berulang (recurring profits) perusahaan naik 2,2% pada kuartal III/2018 dibandingkan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya, atau kenaikannya untuk kuartal ke-9 berturut-turut.
Baca Juga
Lagi-lagi, pencapaian tersebut turun tajam daripada kuartal sebelumnya sebesar 17,9%. Sementara data penjualan korporasi meningkat 6,0% secara tahunan pada perioe Juli—September.
Reuters mencatat, seperti dikutip pada Senin (3/12/2018), data capex tersebut akan digunakan untuk menghitung revisi tingkat PDB Jepang yang akan dirilis pada 10 Desember 2018.
Sejauh ini, tingkat capex selalu menjadi titik cerah di negara ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut. Pasalnya, perusahaan selalu memperbarui perangkat dan peralatan yang sudah usang dan sekaligus meningkatkan investasi dalam otomatisasi dan teknologi yang hemat-pekerja.
Seperti diketahui, Jepang kini terus menghadapi tantangan dari berkurangnya tenaga kerja karena meningkatnya populasi usia tua di sana.
Sementara dari sisi pertumbuhan, hasil awal pada bulan lalu menunjukkan bahwa ekonomi Jepang telah terkontraksi ke level 1,2% secara tahunan pada kuartal III/2018. Hal itu disebabkan oleh beberapa bencana alam dan berkurangnya permintaan dari luar negeri.
Pada kuartal ini, kuartal IV/2018, perekonomian Jepang diperkirakan dapat kembali menguat karena tekanan negatif pada kuartal sebelumnya dianggap hanya sementara.
Penguatan tersebut pun mulai diperlihatkan dari data hasil produksi manufaktur dan penjualan ritel yang kembali tumbuh pada kuartal IV/2018 dari kuartal sebelumnya.