Bisnis.com, JAKARTA — Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) telah habis masa jabatannya pada Minggu (18/11/2018).
Sudah tepat 4 tahun, pria kelahiran Malang, 21 Januari 1960 ini menjabat posisi tertinggi di institusi yang bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama ini.
Pekan lalu, Amien buka-bukaan tentang beragam tantangan tugas hingga cerita lucu selama dia menjabat sebagai Kepala SKK Migas. Salah satu legacy yang ditinggalkannya adalah penguatan manajemen data subsurface.
“Tapi saya mau cerita yang lucu-lucu saja ya, tapi saya anggap sebagai masalah” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (15/11/2018).
Dia menceritakan sewaktu masa awal menjabat sebagai Kepala SKK Migas, undangan rapat masih menggunakan metode surat menyurat, meski antar kedeputian. Dia mengaku tidak terbiasa dengan hal itu, karena terkesan tidak efisien.
“Lalu saya mikir, kalau gini undangan dari dia hari ini bisa sampai saya bisa jadi besok. Jadi saya coba Divisi Komersial, kalau memo undangan di email saja, bisa. Akhirnya semua harus gitu. Paperless sih tidak. Berkurang iya,” katanya.
Sebagai pucuk pimpinan dalam institusi yang bertugas mengawal kegiatan hulu migas, mencari solusi atas masalah yang ada menjadi kunci kesuksesan. Untuk itu, dia pun membuka diri kepada Kontraktor untuk membantu menyelesaikan permasalahan sesuai dengan tupoksinya sebagai bagian SKK Migas.
“Makanya saya kalau ketemu partner (KKKS) bilang, problem is my business, so if you have any problem let me know I will solve it. Arahnya gitu aja,” katanya.
Dengan motto kerja tersebut, Amien mengaku pernah ikut membantu penyelesaian permasalahan yang datang ke salah satu kontraktor, yakni British Petroleum. Saat itu, BP tiba tiba dapet surat dari KPK yang intinya memberitahukan kontraktor tersebut tidak boleh pakai skema trustee borrowing scheme (TBS).
“Nah BP kesini bolak balik. Saya bantu berkomunikasi dengan KPK. Trus akhirnya ada surat dari KPK yang isinya silahkan dilanjutkan. Setelah itu gak ada masalah kan,” ungkapnya.
Selain soal tantangan mengawal pengelolaan kegiatan usaha hulu migas, Amien juga mengaku selama ini tidak mengalami kendala dalam berkomunikasi dengan pejabat lainnya, termasuk Menteri dan Wakil Menteri Kementerian ESDM.
Amien mengatakan sosok Ignasius Jonan merupakan orang yang memiliki referensi literasi yang tinggi, sehingga koordinasi tidak jarang dilakukan menggunakan WhatsApp. Bahkan, berkomunikasi lewat telepon dalam menghadapi persoalan genting pun sering dia lakukan.
“Soal sering semobil bareng Pak Jonan ya beliau yang ajak, masak saya tolak. Padahal, inginnya kalau pas selesai rapat di Istana Kepresidenan, kan saya misah, mau berburu kuliner. Kalau sudah semobil kan batal,” selorohnya.
Mantan Wakil Ketua KPK periode 2003 – 2007 ini, menampik mengincar posisi lain di lembaga/kementerian tertentu. Dia mengaku lebih tertarik kembali ke sektor swasta, seperti awal mula perjalanan kariernya.
“Sekarang mau libur dulu, istirahat. Saya mau cari rujak cingur,” tutur sosok gaek yang pernah menjabat sebagai Senior Governance and Anti-Corruption Officer di World Bank Indonesia ini.