Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Mamin Berfluktuasi, Asosiasi Masih Yakin Industri Tumbuh 9%

Permintaan produk makanan dan minuman olahan pada kuartal akhir tahun ini disebutkan fluktuatif. Asosiasi masih meyakini pertumbuhan sektor ini bisa mencapai kisaran 8%--9%.
Pekerja mengemas produk minuman kopi serbuk di pabrik produk hilir PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/7)./ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra
Pekerja mengemas produk minuman kopi serbuk di pabrik produk hilir PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/7)./ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA--Permintaan produk makanan dan minuman olahan pada kuartal akhir tahun ini disebutkan fluktuatif. Asosiasi masih meyakini pertumbuhan sektor ini bisa mencapai kisaran 8%--9%.

Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), mengatakan permintaan pada Oktober sempat menurun dan kemudian mulai membaik kembali pada November 2018. Secara umum, penjualan produk mamin olahan naik, tetapi beberapa sektor mencatatkan perlambatan, khususnya minuman ringan.

"Minuman melambat, tetapi makanan olahan untuk rumah tangga naik, seperti tepung-tepungan dan bumbu. Akhir tahun, saya tetap optimistis penjualan naik secara umum," ujarnya di Jakarta, Senin (3/12/2018).

Menurut Adhi, daya beli masyarakat yang menurun terjadi di segmen menengah ke bawah. Pasalnya, produk makanan olahan yang banyak dikonsumsi segmen ini, seperti mie instan, penjualannya tidak sebaik yang diharapkan.

Padahal produk tersebut hampir menjadi makanan pokok di segmen menengah ke bawah. "Harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang menurun juga mempengaruhi segmen menengah bawah," jelasnya.

Adapun, segmen menegah ke atas disebutkan tidak mengalami penurunan. Terkait dengan kenaikan harga, Adhi menyebutkan pabrikan mamin akan mengkaji ulang pada tahun depan.

Selama tahun ini, produsen telah menahan kenaikan harga dan mengorbankan margin keuntungan untuk menjaga volume penjualan. "Faktornya kan tidak hanya pelemahan rupiah saja, tetapi juga biaya lain seperti upah tenaga kerja," katanya.

Adhi memperkirakan pada awal tahun depan, pabrikan akan menaikkan harga jual produknya sebesar 3%--5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper