Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Daur Ulang Plastik Harus Dikembangkan, Ini Alasannya

Pengembangan industri daur ulang plastik dinilai menjadi salah satu jalan untuk mendukung pasokan bahan baku industri sebagai substitusi produk impor yang selama ini menjadi beban pengusaha karena sensitif terhadap pelemahan nilai tukar rupiah.
Limbah plastik/Reuters
Limbah plastik/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Pengembangan industri daur ulang plastik dinilai menjadi salah satu jalan untuk mendukung pasokan bahan baku industri sebagai substitusi produk impor yang selama ini menjadi beban pengusaha karena sensitif terhadap pelemahan nilai tukar rupiah.

Beberapa sektor industri, seperti tekstil, menuntut pemerintah untuk mengembangkan industri hulu di dalam negeri agar tidak terus bergantung pada bahan baku impor.

Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), menjelaskan industri tekstil sedang berada di persimpangan jalan karena harga bahan baku impor yang terus meningkat.

Dia menuturkan, industri daur ulang plastk bisa menjadi solusi jangka pendek karena dapat menyuplai bahan baku tekstil secara perlahan, untuk bergerak mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku.

Sebagai contoh, daur ulang plastik berbasis polietilena dapat menghasilkan poliester yang merupakan bahan baku tekstil sekaligus menyelesaikan permasalahan lingkungan.

“Namun kan pemerintah memiliki policy yang tidak mau [ke arah sana], sehingga botol-botol itu di Indonesia bertebaran di sungai dan di mana-mana,” ujar Ade belum lama ini.

Ariana Susanti, Business Development Director Indonesian Packaging Federation (IPF), menjelaskan jumlah sampah plastik yang besar di Indonesia dapat dimanfaatkan apabila ada sistem pengolahan sampah yang baik.

Menurutnya, saat ini regulasi pengolahan sampah sudah ada, tetapi pelaksanaannya masih jauh dari sempurna. Dengan adanya industri daur ulang plastik dan regulasi yang mendukung, persoalan sampah plastik dapat diselesaikan dengan baik.

Mengacu pada data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), konsumsi plastik di Indonesia mencapai 5,6 juta ton. Dari keseluruhan jumlah tersebut, konsumsi plastik daur ulang mencapai 1 juta ton dan sisanya merupakan plastik dari bahan baku nafta. Sebanyak 190.000 ton plastik yang dikonsumsi tidak tertangani dan berakhir menjadi polusi.

Jumlah sampah yang besar ini dinilai menjadi potensi besar bagi pengembangan industri daur ulang. Di sisi lain, kondisi ini menjadi pengingat bagi pemerintah untuk mengembangkan sistem pengolahan sampah yang baik.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto menilai permintaan bahan baku industri cenderung stabil sehingga potensial bagi industri daur ulang untuk memasok bahan baku tersebut. Permintaan tersebut akan berubah jika muncul kebijakan baru terkait dengan penggunaan plastik, seperti cukai plastik.

Dia menjelaskan pengembangan industri berbasis substitusi impor memang harus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor di tengah kondisi nilai tukar rupiah yang masih berpotensi melemah seiring dengan prospek kenaikan bunga the Fed.

Myrdal mengatakan, keterlibatan pemerintah untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan melalui penguatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus pada industri subtitusi impor

“Kalau menurut saya industri [daur ulang] ini atraktif, kebutuhan besar, sementara kompetitor yang masih impor tentu akan mengalami kenaikan biaya seiring nilai dolar AS yang melonjak,” ujar Myrad, Minggu (11/11).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper